BONE, metro7.co.id – Salah satu Bissu akhirnya angkat bicara usai memilih mundur dalam ritual Hari Jadi Bone (HJB) ke-692.

Bissu menduga Pemerintah Kabupaten Bone tidak memberi kejelasan mengenai alasan tidak dilibatkannya dalam sebuah ritual yang dilakukan setiap tahun tersebut.

“Sudah berapa kali kami melakukan pertemuan, yang dipertanyakan kenapa sampai Bissu ditiadakan mengantar arajang (benda pusaka) keluar,” kata Pimpinan Bissu Puang Matoa Angel kepada Wartawan, Minggu (27/3).

“Tidak ada satupun jawaban dari Pemerintah Kabupaten Bone, sudah Beberapa kali kami tawarkan solusi tetapi tidak pernah juga digubris,” lanjut Angel.

Mereka mengaku heran dengan langkah Pemkab Bone dan tawarannya yang diajukan kepada kelompok Bissu,Sampai-sampai sempat mempersoalkan soal baju adat dan riasan yang digunakan oleh para Bissu.

“Saya dan rekan-rekan bissu sudah menawarkan berbagai macam solusi dengan tidak memakai baju bodo dan tidak melakukan make up,Karena msih banyak pakaian lain yang bisa dipakai,” paparnya.

Mereka sudah bermohon ke Dinas Kebudayaan agar tetap diikutkan dalam ritual mattompang arajang (membersihkan benda pusaka) dengan berbesar hati menerima penawaran keinginan Pemkab yang mempersoalkan pakaian. Tetapi justru belakangan tidak mendapat gubrisan dari pemerintah.

“Tidak ada solusi , Bagi Bissu suram, tidak sebuah kejelasan.uuu,” beber Angel.

Menurutnya, semua tahapan ritual dalam peringatan HUT Bone sudah menjadi tugas para Bissu. Dia merasa berat jika ritual khususnya pada tahapan mattompang arajang (membersihkan benda pusaka) bukan dari kalangan Bissu.

“Kami memilih mundur karena tidak jelas alasannya kenapa kami tidak dilibatkan. Saya sudah menawarkan diri atau mengemis Pemerintah Kabupaten, karena terbebani ka’ di Arajang sebagai tanggung jawab saya,” ungkap Angel.

Pemerintah Kabupaten Bone dianggap tidak menyambut baik tawaran Bissu malah terkesan mencari alasan yang menyulitkan .

“Kami tidak takut dilarang, cuman saya merasa bersalah ke benda itu karena selama ini kita yang melakukan ritualnya,” tutupnya.

Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone Andi Ansar Amal berdalih Bissu sendiri yang undur diri dalam ritual peringatan HJB Bone ke-692.

Lantaran tidak menerima tawaran untuk bertugas hanya pada sesi membawa baki atau benda-benda kerajaan.

“Dia sendiri yang tidak mau kalau tidak dipercayakan membawakan baki (benda-benda kerajaan),” sebutnya, Minggu (27/3).

Pendeta Bugis Kuno di Sulsel yang terancam punah. Makanya Bissu undur diri karena merasa kecewa tugasnya diambil alih. Tahapan ritual yang diminta Bissu, tidak diterima diberikan kepada kelompok lain.

“Tuntutan mereka adalah kalau tidak melakukan yang membawa itu baki semua kegiatan akan undur diri,” sebut dia.

Dia menambahkan, untuk prosesi maggiri yang selama ini dilakukan oleh kelompok Bissu, akan digantikan oleh kelompok wanita remaja Senin besok (28/3). Sedangkan yang membawa baki adalah purna paskibra Bone.

“Apa boleh buat (jika Bissu undur diri), karena saya pikir tidak ada juga kewajiban hukum bahwa yang membawa baki itu harus kelompok Bissu,” lanjutnya.

Dengan sikap Bissu yang mengundurkan diri dari agenda HUT Bone ke-692, menjadikan pelaksanaan ritual HJB Bone pertama kali dalam sejarah tanpa melibatkan Bissu.

Peran Bissu dalam peringatan HJB cukup besar. Mereka kerap melakukan sejumlah ritual mulai dari mallekke wae (mengambil air), massimang (minta izin), mattompang arajang (membersihkan benda pusaka), dan membawa baki atau benda-benda kerajaan.