Dua Gadis Asal Labuhan Batu Tidak Digaji Dan Ditolak Polisi
SIANTAR, metro7.co.id -Tinggal pasrah dan berusaha menerima kenyataan begitulah yang dialami Dua dara cantik asal Labuhan Batu Selatan.
Lantaran berbagai cara sudah mereka lakukan untuk memperjuangkan hak mereka (gaji), bekerja disalah satu toko ponsel yang ada dikota Siantar. Mulai dari memosting ke Media Sosial Facebook hingga melapor ke Kantor Polisi.
Kamis (10/09) sekira pukul 17.00 Wib Gesti Ayu Putri Lase (19) dan Cristina Sari Barasa (19), dua gadis ABG asal Labuhan Batu Selatan ini mendatangi ruang SPKT Polres Pematang Siantar untuk menyampaikan keluh kesah mereka, dimana toko tempat keduanya bekerja tidak mau membayar upah mereka bekerja.
Setibanya di ruang SPKT Polres Siantar kedua ABG itupun bercerita kepada Personel Kepolisian yang bertugas saat itu. Petugas yang belakangan diketahui bernama Robert Purba itu tidak bisa menerima laporan keduanya, lantaran korban dan sang Toko tidak memiliki surat ikatan kerja.
“Kita selalu menerima pengaduan masyarakat, namun masalah adek ini tidak bisa diproses secara hukum. Dengan alasan korban dan majikan tidak memiliki surat kontrak kerja, dan usaha tokonya pun tidak memiliki badan usaha namun usaha pribadi,” ujar Robert Purba.
“Gini aja biar saya coba menghubungi Babinkantibmas Polsek Siantar Timur biar dilakukan mediasi,” kata dia mengakhiri.
Selanjutnya, Sekitar pukul 17.40 WIB, kedua gadis itu pun hengkang dari Polres Siantar hendak menuju Polsek Siantar Timur. Setibanya disana, dua dara itu kembali menceritakan kejadian sebelumnya kepada Babinkamtibmas yang diketahui bernama S M Purba.
Setelah beberapa menit bercerita S. M Purba, mencoba menghubungi nomor telepon sang toko korban yang diketahui berkediaman di Jalan Mujahir, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Siantar Timur.
Namun karena tidak bisa dihubungi lewat telepon seluler S. M Purba pun mencoba mendatangi kediaman Toko korban menggunakan mobil patroli. Namun sang toko pun tetap bersikap keras dan tidak mau menghiraukan arahan petugas kepolisian.
“Dia itu keras kepala, katanya dia gak mau ikut. Dia menunggu pendamping nya, baru dia mau dipanggil Polisi jika menggunakan surat panggilan,” ujar S. M Purba saat dipolsek Siantar Timur.
Malam pun semakin larut hujanpun turun semakin deras lengkap lah sudah penderita keduanya. Hingga Kamis malam sekira pukul 21.00 Wib, keduanya pun terpaksa meninggalkan Polsek Siantar Timur karena tidak menemui titik terang untuk mendapatkan hak mereka.
Gesti Ayu Putri Lase saat diwawacarai wartawan mengatakan keduanya terpaksa pulang karena peristiwa yang keduanya alami tidak bisa diproses secara hukum. ” Kata Pak Polisi itu tidak bisa buat laporan bang,” Ujar Gesti Ayu.
“Gimana lagi lah bang, kami gak bisa berbuat apa-apa lagi. Kami gak punya siapa-siapa di Siantar Ini, kami hanya pasrah dan menyerahkan kepada Tuhan ujar keduanya dengan nada sedih,”.
“Uang makan kami pun sudah tidak ada lagi bang, kami gak tau harus makan apa lagi esok pagi,” ujar keduanya sembari meninggalkan wartawan.
Seperti pemberitaan sebelumnya, dua dara cantik asal Labuhan Batu Selatan nekat berangkat dari kampung halaman dan meninggalkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan biaya hidup sehari-hari.
Dua remaja yang baru saja lulus di bangku Sekolah Menengah Atas itu memilih jauh dari kasih sayang sang Ibu dan Ayah untuk bisa hidup mandiri.
Keduanya yang berdomisili di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, 2 orang perempuan masih ABG, merantau ke Kota Pematang Siantar.
Gesti Ayu Putri Lase (19) dan Cristina Sari Barasa (19), berangkat dari kampung halamannya Kamis (13/8) dan tiba esoknya di Kota Siantar. Gesti bahkan cerita, untuk merantau ini, orang tuanya sampai gadaikan sepeda motornya.
Mereka berdua, langsung mencari informasi informasi pekerjaan di media sosial Facebook. Mereka berdua pun tertarik atas lowongan kerja sebagai penjaga kartu paket internet. Mereka datang ke Kedai Pulsa di Jalan Mujahir, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Siantar Timur.
Besoknya, tanggal 15 sampai tanggal 17, mereka training. Untuk jaminan, fotocopy Kartu Keluarga mereka ditahan. Karena sebelumnya sudah berpengalaman jaga paket, Gesti kemudian diperbolehkan langsung kerja.
Sedangkan Cristina, menjalani sehari perpanjangan training dan langsung kerja. Gesti kerja jaga paket di Jalan Melanthon Siregar, simpang Jalan Nias mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Dan Cristina, kerja mulai jam 10 pagi sampai jam 6 sore.
Mereka dijanjikan gaji 700 Ribu selama satu bulan. “Kalau yang kerja pagi, targetnya 25 kartu harus laku. Kalau yang malam, targetnya 45 kartu. Kalau lebih target, ada bonusnya 10 ribu. Makan kami gak ditanggung, ongkos kami juga gak ditanggung,” cerita Gesti dan Cristina, saat ditemui di Warung Kopi, Jalan MH Sitorus, Kamis (10/9).
Kerja berjalan sekitar 3 minggu, tepatnya hari Rabu (9/9) sekitar pukul 09.30, tiba tiba saja Gesti merasa sakit, sehingga belum bisa bekerja. Mereka saat itu sedang di rumah kontrakan mereka di Jalan Rakutta Sembiring, Gang Kenali. Mereka pun melapor ke bos tempat kerja mereka. Namun, bos itu menuduh mereka mengada ada.
Akhirnya, mereka ke Puskesmas Singosari untuk mendapat keterangan dari medis. Dalam surat keterangan medis itu, Gesti menderita sakit asam lambung. Tetapi bos mereka tetap gak percaya.
“Dibilang kami main main, padahal betulan sakit. Jadi kami datangi lah tempat bos kami itu. Disana kami dipecat, gaji selama kami kerja gak dibayar. Makan pun ini makan gak makan,” tutur Cristina yang menangis.
“Aku kerja ini untuk bantu bantu mama bayar SPP adekku yang masih sekolah. Sekolah di SMK Teladan (Siantar). Minimal bisalah ku bayar SPP adekku dari kerja ini. Tapi kek gini akhirnya. Mamakku belum ku kabari soal ini, takut aku jadi tambah pikiran mamak,” kata Gesti.***