Kisah Pilu Dua Dara Torgomba, Terbentur Kerasnya Hidup di Pematang Siantar
SIANTAR, Metro7.co.id – Dua dara cantik asal Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, nekat merantau ke Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara. Mereka memilih jauh dari kasihan sayang orang tua hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan biaya hidup sehari-hari.
Dua dara Torgomba itu adalah Gesti Ayu Putri Lase (19) dan Cristina Sari Barasa (19). Keduanya baru lulus dari Sekolah Menangah Atas (SMA). Dikisahkannya, orang tuanya sampai rela gadaikan motor untuk modal perjalanan mereka ke Pematang Siantar.
Sampai di kota tujuan, mereka langsung mencari informasi-informasi pekerjaan di media sosial Facebook. Mereka berdua pun tertarik atas lowongan kerja sebagai penjaga kios penjual kartu paket internet. Mereka datang ke Kedai Pulsa di Jalan Mujahir, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Siantar Timur.
Sebelum bekerja, mereka mengikuti pelatihan selama tiga hari. Sebagai jaminan, fotocopy Kartu Keluarga mereka ditahan. Karena sebelumnya sudah punya sedikit pengalaman, Gesti kemudian diperbolehkan langsung kerja. Sedangkan Cristina, menjalani sehari perpanjangan pelatihan sebelum diterima kerja. Gesti kerja jaga paket di Jalan Melanthon Siregar, simpang Jalan Nias mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore, dan Cristina, kerja mulai jam 10 pagi sampai jam 6 sore.
Mereka dijanjikan gaji sebesar Rp 700 Ribu selama satu bulan. “Kalau yang kerja pagi, targetnya 25 kartu harus laku. Kalau yang malam, targetnya 45 kartu. Kalau lebih target, ada bonusnya 10 ribu. Makan kami gak ditanggung, ongkos kami juga gak ditanggung,” cerita Gesti dan Cristina, saat ditemui di Warung Kopi, Jalan MH Sitorus, Kamis (10/9/2020).
Kerja berjalan sekitar 3 minggu, tiba-tiba saja Gesti merasa sakit. Ia pun tak bisa masuk kerja.
Mereka saat itu sedang di rumah kontrakan mereka di Jalan Rakutta Sembiring, Gang Kenali. Mereka pun melapor pada bos tempat kerja mereka. Namun, bos itu menuduh mereka mengada-ada.
Akhirnya, mereka ke Puskesmas Singosari untuk mendapat keterangan dari medis. Dalam surat keterangan medis itu, Gesti menderita sakit asam lambung. Malangnya, bos mereka tetap tidak percaya.
“Dibilang kami main main, padahal betulan sakit. Jadi kami datangi lah tempat bos kami itu. Di sana kami dipecat, gaji selama kami kerja gak dibayar. Makan pun ini makan gak makan,” tutur Cristina yang menangis.
“Aku kerja ini untuk bantu bantu mamak bayar SPP adekku yang masih sekolah. Sekolah di SMK Teladan (Siantar). Minimal bisalah ku bayar SPP adekku dari kerja ini. Tapi kek gini akhirnya. Mamakku belum ku kabari soal ini, takut aku jadi tambah pikiran mamak,” kata Gesti.***