MALAKA, metro7.co.id – Kondisi Sumur bor yang di bangunan menggunakan dana desa oleh Pemerintah Desa Weseben Kecamatan Wewiku Kabupaten Malaka sejak tahun 2019 dengan pagu dana sebesar Rp 135 juta memprihatinkan dan terkesan mubazir karena tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Penelusuran metro7 pada Sabtu, (6/8/2022) bersama dua orang masyarakat dusun Weseben dan dusun Metamanasi di lokasi titik sumur bor, terpantau kondisi mesin pemompa air hanya tinggal kotak kosong dan kabel-kabel yang bergelantungan.

Demikian juga dengan sumur bor, nampak tersisa pipa penyedot air yang menganga tanpa ada selang pemompa air (Panel), bahkan bak utama penampungan air pun terlihat berdiri kokoh tanpa terisi air dan tertutup semak belukar.

Disekitar area sumur bor pun dikelilingi oleh tambak ikan air tawar yang banyak di genangi air tadahan dari sumur bor yang di bangun oleh pemerintah desa Weseben yang seharusnya di peruntukan bagi masyarakat, namun justeru tidak bermanfaat bagi masyarakat.

Menurut pengakuan salah satu masyarakat dusun Weseben selaku wakil ketua BPD Weseben Yosep Seran mengatakan bahwa, sumur bor yang di bangun pada tahun 2019 tersebut dengan dana desa Rp135 juta justru tidak dinikmati oleh masyarakat Desa Weseben khususnya di Dusun Metamanasi dan sekitarnya.

“Sumur bor itu yang pake hanya desa dan salah satu pengusaha yang memiliki tambak di area titik sumur bor. Sementara masyarakat tidak pernah menikmati air sumur bor itu,” ujarnya.

dirinyapun mengaku setelah terpilih menjadi anggota BPD dan di lantik sebagai wakil ketua BPD Desa Weseben pada tahun 2021 yang lalu, barulah mengetahui tentang pekerjaan fisik yang di bangun oleh pemerintah desa Weseben dengan dana desa yang cukup besar namun justru tidak bermanfaat bagi masyarakat.

Sementara menurut Arnol kalau salah satu pekerja saluran tersier mengatakan bahwa, benar sumur bor di bangun pada tahun 2019 dan waktu itu ia diminta untuk menjaga sumur bor tersebut oleh kepala desa.

“Kalau soal anggaran saya tidak tau karna saya di minta untuk jaga saja. Kalau untuk air kami selama ini tidak pernah pakai,” pungkasnya.

Arnol pun menjelaskan bahwa untuk menunjang debit air, maka pemerintah desa mengalokasikan anggaran untuk membangun bendungan dan saluran tersier untuk mengairi persawahan.

“Waktu itu saya sebagai pekerja yang di bayar dengan 60 ribu per meter lari. Panjang salurannya sekitar 300 meter lebih,” tuturnya.

Sementara itu Kepala Desa Weseben Silverius Bria melalui sambungan telepon selulernya menjelaskan bahwa pembangunan sumur bor di dusun Metamanasi di lakukan pada tahun 2018 dengan pagu dana Rp 135 juta.

Anggaran tersebut terpakai untuk pengadaan mesin pemompa dan panel sumur bor dan waktu terpasang airnya keluar cuman debitnya kecil sehingga hanya mengairi tambak di sekitar area sumur bor.

“Airnya banyak makanya tergenang di dalam tambak itu, memang tambak itu salah satu pengusaha punya dari Desa Alkani. Sumur bor itu kita bangun sebelum mereka buka tambak, bukan mereka buka tambak baru kita pasang sumur bor, itu saya salah,” ujarnya.

Dirinya mengaku bahwa betul tambak-tambak itu milik salah satu pengusaha asal Desa Alkani, namun setelah sumur bornya terpasang baru di buka tambak ikan tersebut.

“Saya pasang habis airnya terbuang buang, sehingga pengusaha buka tambak ikan di sekitar titik sumur bor tersebut,” tandasnya.

Ia pun mengatakan bahwa untuk melakukan pemeliharaan dan pengadaan mesin pemompa dan panel, maka masyarakat melalui BPD harus mengusulkan kembali supaya di alokasikan anggarannya sehingga air dapat kembali di manfaatkan.

“Kita dari pemerintah desa mau-mau saja untuk pengadaan mesin pemompa baru, cuman masyarakat harus usulkan bukan dari kepala desa,” pungkasnya.

Dirinya mengaku tidak mengetahui kalau mesin pompa air hilang, justru menurutnya baru di ketahui kemarin dulu dari petugas jaga sumur bor.

“Saya kan bukan urus air saja, kan itu sudah menjadi tanggung jawab masyarakat sehingga masyarakat yang jaga. Kemarin saya sudah buatkan berita acara kehilangan di Polsek Wewiku,” imbuhnya.

Sedangkan untuk saluran tersier itu kata Silverius, di bangun menggunakan dana desa sebesar Rp 95 juta dengan tujuan untuk menunjang debit air sumur bor yang mengairi persawahan masyarakat Weseben yang selama ini hanya memamfaatkn hujan atau sawah tadahan.

“Karna debit sumur bor kecil maka, saya masukan eksavator untuk bendung kali kecil dan bangun saluran tersier untuk dapat menunjang masyarakat mengolah sawah mereka. Hanya selama tahun 2019/2020 musim kemarau sehingga debit air kurang makanya air tidak jalan,” pungkasnya. ***