Belajar Menelan Referensi
(Potency For Freedom)
Oleh: La Ode Abd Muh Havidl
Hal paling terpenting menjadi seorang Pelajar adalah “BERFIKIR DAN BER’ANALISIS” (Belajar). Pentingnya Berfikir sebagai bentuk pengolahan otak menuju pada skema analisa ke sebuah objek.
Sanggahan kalimat kecil ini, dipionir oleh Sekertaris Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Mangoli Utara (HPMMU), yakni Rifaldi Ahmad. Menurutnya, kapabilitas pengetahuan dapat berguna jika seluruh umat mengonsumsi secara linear.
Tak hanya itu, katanya, prinsip dalam belajar adalah membesarkan isi Kepala untuk mewujudkan kebenaran secara hakiki. Sebab, hanya dengan belajar, segala keterpurukan kedunguan akan bermetamorfosis pada kecerdasan ilmiah.
Dalam pandangan David Easton (Filsuf Skotlandia), kebenaran dapat dinyatakan niscaya apabila terlibat menikmati sesuatu objek. Sebab, tanpa melewati hal tersebut, sandaran seseorang pada suatu objek hanya berkisar dilingkaran “ASUMSI” belaka.
Dari sisi lain, korelasi antara belajar dan membaca juga dapat berpotensi pada ancaman serta kelemahan. Diantaranya, presentasi deduksi yang seringkali diumbar kan dapat disedap secara kontinyu oleh orang lain, sehingga hal ini bisa dibaca oleh lawan sebagai kelemahan. Sebab, yang diketahui bahkan tanpa diketahui seteru dalam pekerjaan otak dapat dihitung dari gesture penyampaian.
Maka dari itu, belajarlah dari bagaimana perdanaya surat “IQRA” diturunkan, sebagai arti “BACA” dengan makna belajar, memahami, dan berbuat sebagai “Understand of life”.