Nusantara Baru, Indonesia Maju: Sejauh Mana Kita Maju Dalam Kemerdekaan?
Penulis: Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma.
Tahun ini, Indonesia kembali merayakan kemerdekaannya dengan semarak, mengusung tema besar: Nusantara Baru, Indonesia Maju.
Tema ini tidak hanya mengajak kita untuk merayakan, tetapi juga merenungkan sejauh mana perjalanan bangsa ini menuju cita-cita yang diinginkan sejak 17 Agustus 1945.
Di tengah gegap gempita perayaan, ada baiknya kita meluangkan waktu untuk merenung dan menilai kembali makna kemerdekaan, terutama dalam konteks pembangunan nasional yang sedang berjalan.
Kita harus menyadari bahwa kemerdekaan bukan hanya sekadar pesta dan kembang api. Kemerdekaan adalah momentum untuk merenungkan perjuangan para pahlawan dan pengorbanan yang telah mereka lakukan. Dengan begitu, perayaan yang terlalu mewah bisa jadi justru menjauhkan kita dari makna sebenarnya dari kemerdekaan.
Pertanyaan besar lainnya adalah apakah perayaan kemerdekaan yang megah dan mewah seperti ini benar-benar mencerminkan semangat kemerdekaan? Bukankah kemerdekaan seharusnya dirayakan dengan cara yang lebih sederhana namun sarat makna?
Di saat rakyat masih banyak yang berjuang untuk hidup layak, apakah bijak menghamburkan uang negara untuk perayaan besar-besaran? Mungkin, ada baiknya kita kembali pada esensi kemerdekaan itu sendiri: kebebasan dari penjajahan, keadilan sosial, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Fakta menunjukkan bahwa anggaran yang awalnya diperkirakan mencapai ratusan triliun rupiah kini membengkak melebihi ekspektasi awal.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait stabilitas keuangan negara. Anggaran besar yang dialokasikan untuk pembangunan IKN tentunya diambil dari sumber daya yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur di daerah lain yang lebih mendesak.
Pembengkakan anggaran ini juga mengundang berbagai reaksi, terutama dari kalangan ekonom dan pengamat kebijakan publik.
Mereka mempertanyakan, apakah pembangunan yang begitu ambisius ini benar-benar diperlukan saat ini? Apakah dana sebesar itu tidak sebaiknya digunakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat yang masih terseok-seok pasca-pandemi?
Selain anggaran untuk pembangunan, biaya untuk menyelenggarakan perayaan kemerdekaan di IKN juga menjadi sorotan. Perayaan kali ini diadakan di ibu kota baru dengan skala yang tidak kalah megah. Pemerintah telah mengalokasikan dana yang cukup besar untuk memastikan perayaan ini berlangsung dengan meriah.
Namun, besarnya biaya yang dikeluarkan ini menimbulkan tanda tanya. Bagaimana sebenarnya perbandingan biaya perayaan ini dengan perayaan di masa lalu, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah lain? Apakah besaran biaya ini sebanding dengan manfaat yang didapatkan? Atau, apakah ini hanya sekadar pemborosan yang tidak memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan rakyat?
Tidak sedikit kritik yang muncul terkait perayaan kemerdekaan di IKN. Pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, misalnya, menyatakan bahwa perayaan tersebut terlalu ambisius dan justru menghamburkan uang negara. Ia mengkritik kurangnya transparansi dalam pengelolaan anggaran untuk perayaan ini dan menilai bahwa dana tersebut seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak.
A Agoes Soediamhadi juga ikut menyoroti dalam opininya yang dimuat di Kompas. Ia menyoroti kondisi rakyat yang belum sepenuhnya merdeka. Kesenjangan sosial masih terasa, dan kemajuan pembangunan belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Tantangan ini harus menjadi fokus utama pemerintah jika ingin benar-benar mewujudkan Indonesia Maju.
Kemerdekaan ini seharusnya juga dimaknai dari perspektif kesejahteraan sosial. Kondisi sosial ekonomi rakyat saat ini masih menunjukkan bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Banyak rakyat yang masih harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mencari nafkah, mendapatkan pekerjaan yang layak, dan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.
Namun tetap semangat bahwa kemerdekaan ini tidak boleh tergeser oleh ambisi pembangunan yang tidak berpijak pada kebutuhan rakyat. Kemerdekaan harus dimaknai dengan lebih mendalam, sebagai momen untuk menghormati perjuangan para pahlawan, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan benar-benar sejalan dengan tujuan kemerdekaan yang sebenarnya.
Nantinya, perlu adanya langkah konkrit untuk memastikan bahwa perayaan dan pembangunan yang dilakukan benar-benar memberikan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya sekadar seremonial belaka.