Oleh : Rena Rizki Ananda (SMAN 1 Martapura)

PENGOLAHAN lebih lanjut ubi nagara dan kacang nagara di Kalimantan Selatan masih sangat terbatas dan sederhana, seperti direbus, dipanggang, digoreng, dan dibuat makanan tradisional lainnya. Mengingat potensi ubi nagara yang besar terutama panen raya mencapai 68 kw/ha dan kacang nagara mencapai 10,8 kw/ha, maka untuk lebih memanfaatkan keberadaannya serta memberikan nilai tambah (added value) yang lebih tinggi maka dapat diolah menjadi produk flakes.

Sebelum itu, pasti diantara teman-teman ada yang belum tau kan apa itu kacang nagara dan apa itu ubi nagara? Jadi, salah satu jenis kacang-kacangan yang paling dikenal di daerah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu kacang nagara. Kacang tersebut merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena memiliki kandungan gizi cukup tinggi dan banyak dibudidayakan di lahan lebak Kalimantan Selatan. Kacang nagara sering disebut juga kacang kuku.

Nah, sedangkan ubi nagara adalah ubi lokal Kalimantan Selatan yang diusahakan oleh petani di lahan rawa lebak. Wilayah sentra ubi nagara yaitu Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Tanaman ubi jalar yang berasal dari daerah Nagara dikenal masyarakat sebagai ’’gumbili nagara’’. Bentuk umbi membulat dan lonjong dengan warna kulit umbi kuning, sedangkan daging umbi ada yang berwarna kuning, putih, dan ada yang berwarna putih bercampur ungu. Rasa umbi tidak terlalu manis (sedang) dengan tekstur halus.

Teman-teman, seperti yang kita tahu kesadaran masyarakat akan gizi seperti protein nabati semakin meningkat di masa pandemi, nah kebutuhan protein nabati itu dapat tercukupi dari tanaman kacang-kacangan dikarenakan harga yang murah, bila dibandingkan dengan protein yang terdapat pada hewan.

Seringkali makanan sarapan yang ada dipasaran saat ini dibuat sebagian besar komposisinya dari jagung, gandum, beras dan oat. Disini penulis mencoba untuk memaksimalkan komoditas lokal kalimantan selatan seperti kacang nagara dan ubi nagara menjadi produk siap saji berupa sereal. Namun sebelum dipasarkan produk tersebut diperlukan adanya penentuan kajian komposisi, sehingga dapat diterima oleh masyarakat yang pada akhirnya memberikan nilai tambah (added value) dan dapat dijadikan sumber ekonomi kreatif di masa pandemi.

Penulis telah melakukan pengolahan dan pengujian produk sereal ini selama 3 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Maret di Laboratorium Kimia dan Biologi SMA Negeri 1 Martapura. Bahan baku ubi nagara dan kacang nagara diperoleh di pasar Martapura.

Adapun tahapannya yaitu pertama persiapan bahan. Persiapan bahan meliputi  tepung ubi nagara dan tepung kacang nagara dengan metode memodifikasi Koswara tahun 2003. Selanjutnya yaitu penetapan formula. Formula yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran antara tepung ubi nagara dan tepung kacang nagara serta tepung tapioka dimana pada saat uji produk flakes diberi coding yaitu A (60% : 40% : 0 %), B (55% : 40% : 5%), C (50% : 40% : 10%), D (45% : 40% : 15%), dan E (40% : 40% : 20%). Lanjut, pembuatan produk flakes. Pembuatan produk flakes mengacu pada Utami tahun 2003. Terakhir, analisis data. Pemilihan produk dilakukan berdasarkan hasil uji organoleptik dengan panelis sebanyak 30 orang diminta menilai produk berdasarkan kesukaan.

Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap rasa flakes menunjukan nilai rataan antara 4,7 – 5,3. Secara umum rasa produk flakes sudah mulai dapat diterima oleh panelis, karena panelis cenderung memberi nilai rataan 5.

Hasil pemilihan menunjukan bahwa produk flakes formula D terpilih sebagai produk yang terbaik karena memiliki nilai bobot tertinggi yaitu sebesar 5,24. Hasil analisis usaha produk  flakes skala usaha kecil ini diperoleh keuntungan untuk formulasi D sebesar Rp. 75.297.300,00. Pengembangan usaha flakes sangat baik, hal  ini  dikarenakan  bahan baku tersebut merupakan komoditas lokal sehingga mudah didapat.

Dengan itu, sudah sepatutnya produk sereal berbasis ubi nagara dan kacang nagara ini hadir dan merebak di tengah masyarakat. Jadi penulis menyarankan untuk kedepannya perlu adanya sosialisasi produk flakes berbahan dasar komoditas lokal sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan sebagai ekonomi kreatif masyarakat di masa pandemi.

 

Terima kasih penulis ucapkan kepada para pembaca, semoga artikel ini bermanfaat dan ini  merupakan langkah awal untuk mensosialisasikan inovasi produksi makanan sereal berbasis komoditas lokal.

 

 

Makan sereal di bukit tinggi

Jangan lupa dibuat story

Niat hati hanya berbagi

Jika ada salah, “I’m sorry”