Membaca ‘Misi Politik’ Paslon Edi-Weng
Oleh : Sil Joni *)
Visi politik yang bernas mesti beroperasi di atas ‘misi yang terukur dan efektif. Dalam tulisan sebelumnya saya sudah menguraikan secara sekilas ‘makna’ di balik rumusan visi “Mabar Bangkit Menuju Mabar Mantap”. Kata bangkit dalam visi itu bisa dimaknai sebagai dorongan dan ajakan untuk ‘bangun dari tidur politis’ yang panjang dan mengarahkan energi politik untuk berjuang melawan berbagai ‘patologi politik’ seperti kemiskinan, kemelaratan, penyakitan, keterbelakangan, ketidakadilan, diskriminasi, korupsi, kolusi, nepotisme, mutu pendidikan yang rendah, dll yang kerap mendera tubuh politik Kabupaten ini.
Bangkit juga berarti suatu ‘tindakan aktif’ untuk beranjak dari situasi yang mapan (kondisi status quo) menuju situasi yang lebih baik. Sedangkan Mabar Mantap merupakan sebuah optimisme dan idealisme menjadikan Mabar sebagai daerah yang ‘maju, unggul, tangguh, dan populer’. Kondisi Mabar yang ‘Mantap’ itu tentu membutuhkan ‘kebijakan dan kerja politik konkret’ yang terangkum dalam bentuk ‘misi politik’ yang realistis. Untuk membaca atau menilai apakah ‘visi politik’ itu reasonable dan dapat terwujud atau tidak, sangat tergantung dari rumusan misi politik pendukungnya.
Paslon Edi-Weng dalam ‘traktat kontrak politik’ mereka, merumuskan secara gamblang lima (5) misi yang akan mereka ‘gauli dan ikuti’ ketika diberi mandat politik selama lima (5) tahun ke depan oleh publik Mabar. Kelima misi yang tertuang dalam ‘buku teks politik’ mereka itu, menjadi modal dan panduan dalam merealisasisikan visi politik Mabar Mantap itu.
Pertama, membangun Kab. Mabar sebagai pintu gerbang Pariwisata nasional yang berkelanjutan dan penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah. Mabar sudah ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) yang berlabel ‘super premium’. Karena itu, paslon Edi-Weng bertekat mendukung dan menjabarkan secara kreatif pelbagai bentuk intervensi pengelolaan pariwisata Mabar oleh Negara dengan mendepankan prinsip ‘keterlibatan publik lokal’ dan keberlanjutan aktivitas industri di Mabar sebagai ‘prime mover’ perekonomian daerah. Sektor pariwisata mesti menjadi ‘pemicu’ (trigger) bangkitnya sektor-sektor lain di daerah ini.
Kedua, mewujudkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. Misi ini tentu saja dilatari oleh komitmen untuk menciptakan ‘perataan kesempatan’ mendapatlan layanan yang bermutu dari negara dalam bidang pembangunan sumber daya manusia yang unggul, kompetitif, dan berkompeten. Mabar memiliki keunggulan komparatif dalam bentuk sumber daya alam dan budaya yang mengagumkan. Tetapi, kita belum memiliki keunggulan kompetitif dalam arti ketersediaan tenaga kerja produktif dengan kualitas SDM yang mumpuni.
Selain itu, misi ini bertuajuan memastikan bahwa ‘negara (pemerintah) selalu hadir dan menjadi ‘pelayan masyarakat’ yang resposif dan aktif. Paslon Edi-Weng bertekat untuk ‘menghapus pelbagai bentuk diskriminasi dan ketidakdilan’ dalam memberikan pelayanan kepada publik. Dengan itu, masyarakat Mabar akan merasa aman dan sejahtera.
Ketiga, mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis potensi sumber daya alam (SDA) dan kearifan lokal. Misi ini diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan SDA yang melimpah di Mabar baik yang ada di daratan maupun yang tersimpan dalam lautan. Paslon Edi-Weng berikhtiar menjadi ‘fasilitator’ pengotimalan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah di Mabar dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan dan budaya lokal.
Keempat, meningkatkan kualitas dan pemerataan pembangunan infrastruktur yang berbasis kelestarian lingkungan. Intensi utama dari pelaksanaan misi ini adalah peningkatan pembangunan infrastruktur baik secara kualitas maupun secara kuantitas dengan memperhatikan aspek keadilan dan pemerataan di semua wilayah. Keberadaan infrastruktur yang baik tentu berguna dalam mendukung aktivitas pelayanan publik dan kelancaran aktivitas perekonomian. Karena itu, paslon Edi-Weng bertekad membuka aksesibilitas dan mengatasi realitas keterisolasian daerah-daerah terpencil dan pinggiran melalui kebijaka pembagunan yang massif dan terencana.
Kelima, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) serta layanan publ;ik berkualitas yang berbasis teknologi. Salah satu ‘kunci keberhasilan’ sebuah rejim pemerintahan adalah budaya dan pola kerja birokrasi yang profesional, bersih, kredibel, dan bertanggung jawab. Karena itu, paslon Edi-Weng berjuang melaksanakan misi ‘reformasi birokrasi’ dan perubahan tata kelola pemerintahan di mana aspek transparansi, meritokrasi, kompetensi, kualifikasi, dan profesionalisme dijunjung tinggi. Virus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang bercokol dalam tubuh setiap rezim akan ‘dihancurkan’ melalui penerapan tata kelola yang berbasis kultur digital.
Kelima ‘misi utama’ di atas akan dijabarkan dan dioperasionalisasikan dalam bentuk program dan kebijakan politik yang akan saya jelaskan pada tulisan lain. Dengan demikian, kita mendapat ‘semacam peta jalan’ untuk melihat kira-kira ke arah mana paslon Edi-Weng akan mengemudikan biduk Mabar ini jika terpilih sebagai bu[pati-wakil bupati dalam Pilkada 9 Desember 2020 mendatang.
Publik ‘berhak’ menanggapi dan memberikan semacam catatan kritis terhadap visi dan misi dari Paslon Edi-Weng seperti yang tersirat dalam tulisan ini. Tanggapan publik tentu sangat membantu paslon ini dalam ‘memperbaiki’ rumusan kontrak politiknya dan berusaha melaksanakannya secara serius dan konsisten.
Kita berharap agar tiga paslon lainnya berusaha membentangkan ‘ideal politik’ mereka dalam forum publik seperti ini. Dengan itu, publik bisa membuat semacam perbandingan dan penilaian kira-kira ‘gagasan paslon mana’ yang bisa menjawabi kebutuhan dan harapan politik publik Mabar.
Pilkada mesti menjadi momen dan arena ‘tanding gagasan’ dalam membangun Mabar ini. Paslon Edi-Weng coba mengisi ‘panggung kontestasi’ ini melalui penawaran sejumlah ‘ideal politik’ agar Mabar ini bisa beranjak ke level yang lebih elegan, bermartabat, sejahtera, dan mantap.
*) Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan politik.