Oleh: Asmiyati Tombokan, Mahasiswa Prodi Agribisnis, STIPER Amuntai

Lahan rawa yang dikelola secara tepat dapat menjadi salah satu sumber daya yang berpotensi besar meningkatkan produksi pangan dan pendapatan petani. Dari total 34,12 juta hektar luas lahan rawa di Indonesia, terdiri atas lahan rawa pasang surut 8,92 juta ha dan lahan rawa lebak 25,20 juta ha.  Baru sebagian kecil yang dimanfaatkan secara intensif untuk pertanian.  Termasuk lahan rawa di Kalimantan masih banyak tidak dikembangkan.  Lahan mereka memang termasuk lahan marginal atau lahan lebak, yang kondisi nya di saat musim hujan berair dalam, sehingga persawahan bagaikan danau.

Di musim kemarau lahan rawa lebak di kawasan tersebut mengering dan surut, maka lahan tersebut bisa ditanami padi serta aneka palawija dan tanaman pangan, yang dikala panen sebagai penghasilan masyarakat setempat.  Namun jika tak pernah datang kemarau, dan selalu terjadi hujan, bila kemarau disebut sebagai kemarau basah hingga lahan sawah yang luas tetap tergenang, Untuk mencari pendapatan sehari-hari banyak petani setempat yang berubah profesi, dan sebagian besar adalah mencari ikan dan peternak kerbau rawa, Karena lahan nya selalu berair ternyata populasi ikan pun kian meningkat.  Memajukan ketahanan pangan, kita harus membuktikan kalau kita mampu mewujudkan kedaulatan pangan. Indonesia memang memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa.  Tapi tentunya kekayaan sumber daya alam saja tidak cukup. Semua kelompok masyarakat yang terlibat dalam pembangunan pertanian harus dapat bekerja keras dan cerdas, serta bersinergi mewujudkan kedaulatan pangan.  Petani sebagai pelaku pembangunan pertanian, perlu didorong untuk tidak menjadi pekerja atau buruh tani, tapi justru sebagai penggerak utama sektor pertanian.

Pemanfaatan lahan rawa lebak masih terbatas dan hanya bersifat untuk menopang kehidupan sehari-hari dan masih tertinggal jika dibandingkan dengan agroekosistem lain, seperti lahan kering atau lahan irigasi.  Beberapa faktor penyebab lainnya sehingga pengusahaan lahan rawa lebak belum memberikan hasil yang maksimal diantara adanya persepsi dari petani yang keliru bahwa usaha tani yang dijalani sekarang menghasilkan pendapatan yang tinggi, kekurangan modal, akses teknologi yang rendah, sifat subsistem petani dan berusaha tani karena kebiasaan.  Lahan rawa mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sentra pertanian berbasis tanaman pangan.  Oleh karena itu, dibutuhkan upaya besar dan terpadu untuk mengembangkan lahan rawa, baik varietas, teknik pengelolaan lahan dan air, teknik budidaya dan pengendalian hama penyakit.  Faktor pembatas utama pada pengelolaan lahan rawa antara lain genangan air, tingginya kemasaman tanah (pH tanah rendah) adanya zat beracun seperti pirit, aluminium dan besi, serta rendahnya kesuburan tanah.

Pertanian digital berupaya meningkatkan efisiensi dan potensinya adalah menjadikan pertanian produktif dan memungkinkan penggunaan waktu dan sumber daya yang lebih baik dengan cara yang efisien.  Beberapa upaya perlu dilakukan untuk meyakinkan petani agar mau menerima dan menerapkan teknik budidaya di lahan rawa lebak.  Penyuluhan dan demonstrasi budidaya, Kemudian dilakukan pembinaan agribisnis dengan memberikan bantuan teknik dan sarana produksi berupa bibit dan sarana produksi lainnya yang besarnya disesuaikan dengan kepemilikan lahan petani, rencana komoditas yang akan ditanam adalah tanaman pangan dan palawija (padi, jagung, dan kacang tanah).  Tahap berikutnya adalah mengajak petani yang berminat untuk turut serta dalam pertanian di lahan rawa lebak.  Petani yang menjadi anggota kelompok tani dan mendapatkan bantuan pinjaman sarana produksi yang berupa; pompa, bibit, pestisida, dan pupuk.