Momentum 17 Agustus 1945, Optimis Bekerja dengan Budaya Kegotong Royongan
Oleh Abdul Rasid, S.P,. M.H (Tokoh Masyarakat Tanjab Timur).
Sejenak pikiran dan hati kita terhenti mengenang Peristiwa 75 Tahun yang silam, disanalah puncak dari segala puncak harapan dan cita-cita yang sekian lama merontah dari cengkraman Penjajah. 17 Agustus 1945 bukan hanya Seremonial yang menggetarkan segenap jiwa anak bangsa, disana juga meneteskan lautan air mata seluruh Nusantara, sambil Teriak “Merdeka, Merdeka, Merdeka”.
Kata-kata Merdeka, terus tak berhenti saling bersahutan menembus hati sanubari para pejuang kita, kata merdeka menyeruak menembus lapisan samudra, melewati lembah hutan yang rimba, hingga mengaung dilangit yang cerah, sambil mengatakan Kita Merdeka saudara-saudara.
Dan hari ini saudara-saudaraku, tegakkan sejenak tubuhmu, mantapkan pandanganmu, dengarkan dan rasakan teriakan masa lalu, saat dentuman senjata merobek robek perkampungan, senjata menembus tubuh para pejuang bangsa. Namun lihatlah, perjuangan mereka bukan berhenti meskipun tertatih-tatih, meskipun kelaparan melanda, meskipun tubuhnya disiksa secara fisik maupun mentalitas, mereka tidak putus asa sampai kata-kata Merdeka dan Takbir betul-betul dinikmati para generasi penerusnya hingga hari ini.
Dan hari ini, momentum sakral itu, 17 Agustus 1945 kita peringati sebagai bukti dan bakti kita sebagai anak bangsa kepada Nusa dan Bangsa, kita telah “Merdeka”, secara dejure dan defacto kita diakui dunia.
Namun saudara-saudaraku, tugas kita amatlah berat hari ini, kita harus mengsi kemerdekaan itu dengan pengabdian yang tulus dan iklas untuk negara tercinta. Meskipun kita menyadari betul bahwa, kemerdekaan yang sesungguhnya masih kita perjuangkan secara bersama-sama, kita masih mendengarkan kisah-kisah para petani kita yang merasa ketidakadilan dalam penguasaan tanah lelulurnya, meskipun para nelayan kita masih terkeok keok mengais ikan dilaut warisan kekayaan bangsanya, pendidikan masih mengalami ketimpangan, akses ekonomi masih mengisahkan persoalan, akses kesehatan masih menjadi harapan.
Namun, kita harus tetap optimis bahwa kita terus bekerja secara bersama-sama atau Bergotong Royong yang menjadi warisan leluhur bangsa dalam menyelesaikan berbagai persoalan” Berat Sama Kita Pikul, Ringan sama Kita Jinjing”.
Untuk Para Generasi bangsa, teruslah berbuat, berkarya dan belajar dengan serius, karna dirimulah sebagai tongkat estapet bangsa ini, seluruh harapan dan cita-cita akan diwariskan dipundakmu.
Dirgahayu Republik Indonesia ke 75, Jayalah Negeriku, Sejahteralah Rakyatnya. ***