Oleh: Siti Nuria Anggraini

Mahasiswa Prodi Agribisnis, STIPER Amuntai

Pertanian di Indonesia masih banyak menggunakan cara konvensional dalam mengelola hingga proses panen. Di zaman sekarang yang mana teknologi mulai masuk ke segala ranah menandakan bahwa sektor pertanian perlu beradaptasi. Digitalisasi pertanian perlu diterapkan demi mendapatkan hasil yang lebih baik. Salah satu digitalisasi pertanian adalah precision agriculture yang penerapannya berupa teknik, jumlah, tempat dan waktu yang tepat agar bisa menghasilkan produksi panen secara maksimal. Penginputan pertanian yang dilakukan dimulai dari pupuk, benih, herbisida, insektisida dan hal-hal yang berhubungan dalam menunjang tumbuh kembang pertanian. Pengembangan tersebut tentu membutuhkan multidisiplin ilmu yang baik. Precision agriculture atau  dikenal juga dengan pertanian presisi bukanlah hal yang baru dilakukan dalam penerapannya dalam dunia pertanian. Shibusawa menyebutkan bahwa konsep pertanian presisi menggunakan pendekatan sistem yang low-input tapi memiliki efisensi yang tinggi dan hebatnya berkelanjutan.

Untuk memaksimalkan precision agriculture menurut Blackmore perlu tiga aspek dalam penerapannya, pertama yakni mengetahui apa yang terjadi pada lahan yang dikelola, kedua memberikan keputusan atau tindakan yang akan diambil dan yang ketiga yakni memperlakukan area yang telah dikelola sesuai keputusan yang diambil.  Penerapan precision agriculture mengalami kemajuan yang bagus saat penggunaan GPS diterapkan dalam prosesnya. Hal tersebut membuat pengontrolan pertanian menjadi lebih baik. Informasi-informasi yang didapatkan menjadi referensi dan peninjauan ulang dalam jenis tanaman yang akan ditanam dan juga target panennya.

Precision agriculture menjadi pilihan yang tepat untuk mengurangi kadaw bahan kimia yang digunakan dalam mengelola pertanian dalam skala besar. Kita tentu sadar bahwa bahan kimia sekarang menjadi pilihan bagi para pelaku pertanian dalam menyuburkan tanaman mereka. Penggunaan bahan kimia yang besar tentu akan memberikan efek yang sangat merugikan di kemudian hari. Dengan menggunakan precision agriculture penggunaan jumlah bahan kimia akan mampu ditekan yang tentu bisa menghemat biaya dan mengurangi limpahan berbahaya hasil dari penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar. Dalam implementasi pertanian akan lebih baik jika penggunaan produk organisk dimanfaatkan secara maksimal. Produksi masal pupuk maupun pestisida organis memang masih terkendala dalam bahan baik terutama kotoran hewan dalam pemenuhan nutrisi.

Bisa disimpulkan bahwa precision agriculture membantu peningkatan efesiensi produktivitas yang wamah lingkungan. Segala keputusan proses pertanian yang mana akan memberikan informasi yang akurat. Tentu hal tersebut menjadi lebih baik apalagi saat ini kebutuhan sumber daya pekerja yang mampu mengelola pertanian semakin sedikit. Data informasi apapun yang didapatkan dalam pengelolaan pertanian akan membantu dalam penghematan dalam lahan pertanian, penggunaan bibit, kebutuhan air dan juga perlindungan hama dan penyakit. Precision agriculture tidak mesti dikaitkan dengan penggunaan teknologi yang canggih dan menelan biaya yang besar, malahan dengan peralatan sederhana yang ada dipasaran sekarang bisa memaksimalkan penerapan pertanian tersebut. Malahan kalau dikalkulasikan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih hemat daripada menggunakan cara pertanian yang konvensional.

Â