Oleh: Eka Januar

Manakala pengusaha dan penguasa serta elit-elit politik saling berkolaborasi untuk memenangkan Pilkada, tidak dapat dipungkiri bahwa korporatisme antara penguasa dan pengusaha serta elit-elit politik seringkali menyisakan cerita tentang politik balas jasa. Para investor politik yang menanamkan modal, baik itu modal finansial maupun modal politik tentu tidak akan tinggal diam manakala kandidat sokongannya terpilih sebagai pemangku jabatan kepala daerah.
Logika investasi yang berusaha melipat gandakan investasi kapital sudah barang tentu akan menagih pelbagai macam bentuk konsesi dan kesepakatan maupun kompromi yang dilakukan sebelum Pilkada berlangsung. Bisa tender, bisa proyek, dan bisa ekonomi politik lainnya hadir dalam keseharian pemerintahan pemimpin terpilih.
Sehingga apa yang ditakutkan oleh banyak pengamat dan ilmuan mengenai shadow government (pemerintah bayangan) menjadi kenyataan setelah Pilkada. Pemerintah daerah tidak lagi dijalankan oleh aparatur secara formal, tetapi sangat ditentukan oleh pengusaha atau pihak donatur yang menagih janji konsesi dan kompromi selama pra Pilkada.
Dalam study state society relation, keberadaan praktek shadow government atau informal governance (pemerintahan bayangan), William Sampson Klock Reno (1992) mengatakan, fenomena pemerintah bayangan bukanlah hal yang baru, ia sudah muncul ke permukaan sejak awal tahun 1990-an. Sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh kalangan tertentu terhadap seseorang calon yang ikut bersaing dalam pemilihan kepala daerah, baik itu ditingkat Provinsi kabupaten dan kota tidak hanya dalam bentuk uang atau finansial, akan tetapi juga dalam bentuk pengaruh politik yang dimiliki oleh individu tersebut.
Yang terakhir, penulis yakin kita semua tidak menginginkan daerah digadaikan secara politik dan ekonomi kepada pihak tertentu yang pada akhirnya harapan rakyat untuk menikmati kemakmuran dan kesejahteraan tidak tercapai disebabkan oleh tindakan yang salah arah oleh elit politik,  baik itu Gubernur, Bupati maupun Walikota…..Wallahu`alam bissawab.