S(k)andal Jepit Organisasi Mahasiswa: Antara Idealisme dan Realisme
Oleh: Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Universitas Islam Malang
Organisasi Mahasiswa baik internal maupun eksternal merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, berkontribusi, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial, akademik, dan kemahasiswaan.
Namun, tidak semua mahasiswa yang terlibat dalam organisasi mahasiswa memiliki niat dan komitmen yang baik. Lalu Bagaimana menggerakan mereka semua yang memiliki karakter yang berbeda beda dan sifat yang sangat diferensial?
Sebuah analogi yang saya ingat selama bertahun-tahun tentang organisasi sebagai kendaraan, pimimpin adalah supirnya, dan yang lain penumpangnya. Lalu, bergerak bersama, maka kendaraan tersebut akan berjalan sesuai dengan visi misi yang diharapkan.
Peduli dengan visi, misi, tujuan dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya merupakan poin penting sebagai anggota atau pengurus organisasi mahasiswa.
Mungkin dari judul tersebut menimbulkan sedikit pertanyaan? Yang mana perihal s(k)andal jepit, penulis lebih mengkerucutkan perihal kendaraan yang akan mengantarkan kepada puncak visi misi suatu organisasi.
Kata “sandal” tersebut mengacu pada kendaraan personal yang merupakan bentuk sedikit sindiran karena ada huruf “k” dalam kata sandal, tidak lain yang memakai sandal tersebut kurang serius dalam berorganisasi dalam menjalankan roda organisasi.
Mereka hanya muncul saat ada kegiatan yang menguntungkan atau menyenangkan bagi diri mereka sendiri. Mungkin ini “kejepit” keterpaksaan atau hanya mencari popularitas.
Fenomena ini tentu sangat merugikan dan meresahkan bagi organisasi mahasiswa. Menurunkan kualitas dan kredibilitas, baik di mata internal maupun eksternal. Hal ini akan mengganggu kinerja dan kesejahteraan anggota atau pengurus organisasi mahasiswa yang lain yang berusaha untuk bekerja dengan baik dan profesional.
Sekadar ikut-ikutan dalam praktek politik
Banyak organisasi mahasiswa yang tidak lagi berfungsi sebagai wadah aspirasi, kreativitas, dan pengembangan diri mahasiswa, melainkan sebagai sarana mencari keuntungan, kekuasaan, dan jaringan politik.
Salah satu bentuk pelanggaran yang sering terjadi, yaitu perilaku tidak terpuji yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan atau menghindari kerugian. Ada beberapa praktik yang sering terjadi di ormawa.
Pertama, menyalahgunakan dana organisasi untuk kepentingan pribadi atau kelompok lain.
Kedua, memilih atau mengangkat pengurus organisasi berdasarkan hubungan kekerabatan, persahabatan, atau afiliasi partai tanpa mempertimbangkan kompetensi dan kinerja. Jika perilaku tersebut terus terjadi tiada henti maka kelompok lain akan melakukan intimidasi, ancaman, atau pemaksaan terhadap anggota atau pihak lain yang berbeda pandangan atau sikap politik.
Mahasiswa yang fanatik terhadap politik memiliki dampak yang signifikan, antara lain menurunnya kualitas dan kredibilitas organisasi, hilangnya kepercayaan dan rasa solidaritas antar anggota, serta terjadinya konflik internal dan eksternal. Boy candra penah mengatakan bahwa “Yang menyedihkan dari anak muda adalah yang sekedar ikut-ikutan dalam politik adalah idola mereka tidak boleh dikritisi, semua yang dikritisi dianggap lawan. Mereka malas berpikir dan tidak rajin belajar. Buta logika, tumpul nuraninya. Fanatik”.
Oganisasi mahasiswa yang fanatik terhadap politik juga perlu diawasi dan dikontrol oleh pihak kampus, baik melalui peraturan, pembinaan, maupun sanksi, agar tidak melanggar etika dan tata tertib pergaulan mahasiswa di kampus. Banyak organisasi mahasiswa yang tidak lagi berperan sebagai agen perubahan sosial, melainkan sebagai alat legitimasi dan propaganda kepentingan politik tertentu.
Sekedar numpang nama dan mencari popularitas
Salah satu bentuk keterjepitan sering terjadi dalam berorganisasi yang hanya sekedar numpang nama. Mereka hanya untuk mendapatkan prestise, fasilitas, atau jaringan, tanpa berkontribusi secara aktif dan bertanggung jawab terhadap organisasi.
Mahasiswa yang numpang nama biasanya tidak memiliki minat, komitmen, atau visi yang sejalan dengan organisasi yang mereka ikuti. Mereka hanya mengincar manfaat pribadi yang dapat mereka peroleh dari organisasi, tanpa memikirkan kepentingan bersama atau tujuan organisasi.
Contoh kecil yang sering terjadi adalah tidak hadir dalam rapat, kegiatan, atau pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi, dengan alasan sibuk, sakit, atau hal lain yang tidak jelas.
Padahal, rapat, kegiatan, atau pelatihan tersebut penting untuk meningkatkan kualitas, keterampilan, atau pengetahuan anggota organisasi, serta untuk menjalin hubungan, koordinasi, atau kerjasama antara anggota organisasi.
Sebagian di perguruan tinggi mahasiswa yang masuk dalam SK anggota atau kepengurusan dapat mengklaim kredit atas dedikasinya terhadap organisasi. Mereka bisa konversi berbagai macam hal sesuai dengan kebijkan kampus masing-masing.
Padahal, mereka tidak terlibat atau berkontribusi dalam proses pembuatan karya atau prestasi tersebut. Mereka hanya ingin memperlihatkan diri atau mencari pujian dari orang lain atas sesuatu yang bukan hasil kerja mereka sendiri.
Perlu ada reformasi dan pengawasan yang ketat terhadap manajemen dan akuntabilitas organisasi mahasiswa, serta peningkatan kesadaran dan partisipasi mahasiswa dalam mengawasi dan mengkritisi organisasi mahasiswa.
Oleh karena itu, organisasi yang menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menjadikannya m organisasi yang berintegritas, berprestasi, dan bermartabat, serta mampu mengemban amanah dan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.