Oleh : Sil Joni *)

Arah pembangunan politik pada periode kedua pemerintahan Joko Widodo mengalami ‘pergeseran’ yang signifikan. Jika pada periode sebelumnya, pembangunan infrastruktur publik menjadi bidang konsentrasi pemerintah, maka dalam periode kedua perhatian pemerintahan Joko Widodo lebih terfokus pada upaya pembangunan dan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Pembangunan infrastruktur tetap dilanjutkan, tetapi tidak lagi menjadi ‘target utama’.

Lembaga pendidikan formal tentu menjadi ‘subjek’ yang mendapat porsi perhatian besar untuk memanifestasikan idealisme menghasilkan SDM yang unggul dan kompetitif itu. Hal itu terlihat dari ‘besarnya alokasi anggaran’ untuk memperbaiki model ‘tata kelola’ pendidikan formal dan menyiapkan pelbagai sarana penunjang agar proses pendidikan berjalan efektif, kreatif, dan produktif.

Eksistensi lembaga pendidikan vokasional/kejuruan (SMK) dipandang ‘sangat strategis dan kontributif’ dalam mewujudkan proyek peningkatan kualitas SDM itu. SMK merupakan institusi yang berada pada ‘garda terdepan’ untuk mencetak generasi muda yang unggul dan berdaya saing baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun pada level internasional.

Karena itu, program revitalisasi dan peningkatan kualitas SMK begitu gencar dan serius diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Salah satu program yang sedang diterapkan saat ini adalah menjadikan SMK sebagai pusat keunggulan (center of excellence) di daerah tersebut.

SMK Stella Maris dinilai sangat potensial dan mempunyai ‘kapasitas’ untuk menjadi lokus pengimplementasian konsep center of excellence itu. Secara resmi, lembaga ini, melalui kepala Sekolah, Rm. Kornelis Hardin, Pr menyatakan ‘siap dan bersedia’ untuk menjemput dan melaksanakan program brilian tersebut.

Program menjadikan SMK sebagai ‘pusat keunggulan’ itu, sesuai dengan instruksi Presiden perihal imperasi etis-pedagogis penciptaan SDM unggul tahun 2020-2024. Ini sebagai persiapan dan langkah solutif dalam memaknai era bonus demografi yang sedang dan akan kita nikmati di masa yang akan datang.

Konkretisasi atau operasionalisasi dari konsep ‘center of excellence’ itu adalah kolaborasi yang positif dan produktif antara SMK dengan dunia usaha/dunia industri (DUDI). Namun, sebelum masuk ke tahap ‘kolaborasi’ itu, pertama-tama pemerintah membangun atau menyediakan ‘sarana-prasarana’ penunjang yang memungkinkan terealisasinya kerja sama yang produktif tersebut.

Karena itu, program center of excellence ini akan terjabar dalam dua kategori. Pertama, komponen fisik berupa bagunan dan peralatan yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan praktek siswa. Kedua, kategori non-fisik yang terekspresi dalam bentuk ‘reformasi konten kurikulum’. Kurikulum pendidikan SMK direvisi agar sumbangan dan keterlibatan para pelaku usaha industri bisa diakomodasi secara optimal.

Untuk konteks SMK Stella Maris, jurusan/program studi perhotelan mendapat kepercayaan pertama untuk menerapkan skema program center of excellence itu. Artinya, bidang perhotelan menjadi semacam lokus pilot project/eksperimen pelaksanaan program itu. Jika bidang ini menuai keberhasilan, maka bukan tidak mungkin tiga jurusan lainnya seperti Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), Usaha Perjalanan Wisata (UPW) dan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) akan mendapat asupan program yang serupa.

Sebuah ‘Hotel Standar’ akan segera ‘berdiri megah’ di kompleks SMK Stella Maris. Ritual adat dan ibadat peletakan batu pertama pembangunan Hotel itu digelar pada Juma’t, (23/10/2020). Bangunan itu terdiri dari 4 kamar, bar dan restauran, pantry, resepsionis, dan dilengkapi dengan fasilitas perhotelan yang memadai. Keberadaan sebuah Hotel yang representatif tentu sangat kondusif dan ideal sebagai ‘tempat pembelajaran yang bersifat praktis’ bagi siswa di mana pihak pelaku industri perhotelen bisa terlibat secara aktif.

Sedangkan, untuk program kategori non-fisik, rencananya pihak SMK Stella Maris akan membangun kemitraan yang produktif dengan pihak DUDI. Langkah pertama adalah menandatangani nota kesepahaman terkait model dan pola kolaborasi yang diharapkan. Selanjutnya, akan ada program pelatihan (workshop) untuk menyelaraskan antara isi kurikulum SMK dengan kebutuhan konkret dunia usaha/industri. Dalam kegiatan workshop itu SMK tentu mendapat masukan dan catatan berharga dari pelaku usaha sekaligus menentukan kira-kira bidang apa saja yang perlu ditangani secara bersama-sama, terutama dalam kaitannya dengan misi peningkatan mutu SDM para tamatan SMK.

Hal lain yang menjadi tekanan utama adalah terbentuknya spirit kewirausahaan dalam diri para siswa. Karena itu, pemerintah bersama lembaga akan mengoptimalkan fungsi ‘unit produksi’ di setiap program keahlian. Untuk tahun, ini konsentrasinya adalah sektor industri hospitalitas. itu berarti Hotel yang dibangun itu mesti mendatangkan hasil. Para siswa didorong dan dibantu baik oleh para guru maupun para pelaku industri dalam membaca peluang usaha bidang perhotelan.

Saya beripkir, ide ini sangat relevan dan urgen untuk diterapkan saat ini sebab Labuan Bajo sudah ditetapkan sebagai salah satu destinasi super prioritas dan berlabel super premium. Para siswa SMK tidak hanya mempelajari seluk beluk industri perhotelan secara teoretis dan praktek, tetapi juga dilatai untuk menjadi ‘pelaku industri’ itu sendiri. Mereka belajar bagaimana menjadi manajer atau pengelola hotel yang baik dan profesional.*

*) Penulis, Guru SMK Stella Maris Labuan Bajo dan pemerhati masalah sosial dan politik