PADANG, metro7.co.id – Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor menerima penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI.

Penghargaan Satyalancana Wira Karya Bidang Pertanian ini disematkan Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo mewakili Presiden Joko Widodo dalam acara Pekan Nasional (PENAS) XVI Petani Nelayan Indonesia di Lapangan Udara (Lanud) Sultan Sjahril, Kota Padang, Sabtu (10/6).

“Alhamdulilah. Terima kasih Bapak Presiden atas penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya. Ini menjadi semangat kami untuk terus berkarya memajukan bidang pertanian dan peternakan di Banua,” kata Gubernur Kalsel ini usai acara penyematan.

Sahbirin juga menyebut, keberhasilan meraih penghargaan Satyalancana Wira Karya adalah bentuk komitmen dan gagasan keberhasilan inovasi program Siska Ku Intip (Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma).

“Artinya, inovasi Siska Ku Intip ini diakui oleh nasional. Program ini adalah sinergi kegiatan peningkatan produksi dan populasi sapi melalui pemanfaatan lahan sawit inti-plasma, pemanfaatan limbah industri sawit dan pelepah sawit untuk pakan ternak, penguatan pembiayaan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan penguatan rantai pasok ternak dan hasil ternak,” terangnya.

Disampaikan Sahbirin Noor, ketersediaan pasokan, telah terbentuk 20 klaster Siska Ku Intip yang tersebar di 4 kabupaten yaitu Tanah Bumbu, Tanah Laut, Barito Kuala, dan Tabalong.

Saat ini di Kalsel total populasi berjumlah 2.538 ekor sapi yang telah menghasilkan 59 ton daging sapi dan populasi akan terus bertambah seiring perkembangan program dengan target populasi 21.000 ekor sapi dan produksi daging 1.033 ton.
dan pada akhir 2024.

Dengan adanya program Siska Ku Intip, harga biaya produksi sapi menjadi lebih terjangkau, memenuhi indikator keterjangkauan harga, jauh lebih efisien (57,37 persen) dibandingkan daging konvensional, sehingga mampu menyediakan daging sapi dibawah harga pasar.

Sebelum program Siska Ku Intip dilaksanakan di Kalsel, budidaya ternak sapi di Kalsel bersifat tradisional, biaya produksi sapi yang tinggi, penggembalaan sapi di kebun sawit kurang efisien baik dari segi waktu, biaya dan tenaga karena sapi digembalakan secara lepas liar.

Setelah adanya program Siska Ku Intip, pola produksi sapi telah berubah menjadi berbiaya rendah karena memanfaatkan sumber pakan yang ada di kebun sawit.