OLEH : ARYADI, S.Pd

SMAN 2 Kintap

 

“Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”,

diantara kita mungkin sangat familiar dengan semboyan tersebut, banyak tertulis di dinding dan mading sekolah atau institusi Pendidikan. Namun tidak bisa dipungkiri, semboyan tersebut seakan hanya menjadi formalitas hiasan dinding belaka.

Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara  menjadi pintu gerbang pemahaman dasar Guru Penggerak. Guru Penggerak harus mewarisi dan mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Makna dari semboyan Tut Wuri Handayani adalah sebagai seorang pendidik, guru harus dapat memberikan teladan, dorongan, dan arahan. Adapun kedua penggalan lainnya Ing Madya Mangun Karsa memiliki arti di tengah membimbing, memotivasi, memberikan semangat, dan menciptakan kondisi pembelajaran yang mendukung dan kondusif. Sedangkan untuk Ing Ngarsa Sung Tulada yaitu di depan, seorang pendidik atau guru mampu memberikan contoh tindakan yang baik dan bermoral.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan adalah kemajuan bangsa secara keseluruhan, tanpa membedakan agama, kebangsaan, budaya, adat istiadat, keadaan ekonomi, keadaan sosial, dan didasarkan pada nilai-nilai kemerdekaan yang sesungguhnya.

Dalam aplikasi di lapangan, filosofi tersebut dapat dituangkan kedalam sebuah aksi nyata yang mampu memberikan dorongan kepada peserta didik untuk terus berkembang. Salah satu aksi nyata yang dilakukan adalah membuat pembelajaran yang menyenangkan.

Langkah awal yang di lakukan adalah pada tahun ajaran baru bersama tim membuat instrumen minat bakat anak. Hal tersebut dilakukan agar kita sebagai guru mudah untuk mengarahkan peluang minat bakatnya sehingga lebih fokus pada pengarahannya.

Memberikan masukan – masukan yang mendukung untuk menumbuhkan motivasi belajar anak juga merupakan aksi nyata yang di lakukan Guru Penggerak.

Dengan memberikan gambaran serta melakukan renungan diri agar anak menyadari bahwa belajar sangatlah penting dan agar anak selalu termotivasi bahwa belajar tidak ada habisnya juga tidak ada kata terlambat untuk terus belajar.

Penerpan model pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran Bahasa Indonesia telah mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Bentuk-bentuk keaktifan belajar siswa dapat diklasifikasikan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti  mendengarkan penjelasan guru, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan aktif berdiskusi dengan teman. Hal tersebut dilakukan siswa atas kehendak siswa sendiri tanpa adanya tekanan dari guru atau pihak lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran daring maka hal ini bisa dilakukan melalui forum pada Classroom, grup Whatsapp atau menggunakan Google Meet. []