MALAKA, metro 7.co.id  – Sebuah tradisi budaya orang Malaka yang selama ini punah di makan zaman, dampak dari semakin berkembang pesatnya teknologi industri mobil dan motor. Sehingga kultur kearifan lokal orang timur pada umumnya, tidak lagi difungsikan sebagai simbol budaya dan alat transportasi konvensional orang Malaka.

Hal inilah terlihat ketika iring-iringan masa pendukung dan simpatisan serta tim relawan dan pengurus dari ketiga partai pengusung paslon SN-KT, yang begitu terasa nuansa budaya Wesey-Wehali dan Kletek Truik yang di padukan dalam balutan tenun motif kain Malaka (Tais Mane) berlogo garuda, dan di lingkari dengan Kelewang ( Surik Samara ) serta menunggangi kuda bagaikan seorang pangeran pimpinan perang revolusioner bagi masyarakat Malaka.

Saat diwawancarai awak media didepan pintu masuk ruangan KPUD Malaka, sebagai tempat  pendaftaran bakal calon bupati dan wakil bupati malaka 9 desember 2020.  Paslon SN-KT lewat Balon Bupati Simon Nahak menjelaskan bahwa, budaya menggunakan kain tenun motif Malaka sambil naik kuda merupakan kearifan lokal, yang dulunya kuda di jadikan  sebagai simbol dan alat tranportasi sebelum memiliki infrastruktur jalan dan  jembatan. “Ketika kita saling mengunjungi atau bepergian,” tuturnya.

Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa pada jaman dulu ketika orang tua mau berjualan hasil dan mendroping hasil panen kebun ataupun mau berkunjung keluarga pasti menggunakan kuda sebagai alat transportasi.

“Pada Zaman inipun yang begitu cangih dengan teknologi industri mobil yang begitu pesat, serta di lengkapi dengan fasilitas infrastruktur yang di bangun oleh negara yang begitu masiv. Namun menurutnya kita di Kabupaten Malaka pasti ada desa-desa yang wilayah geograsinya tidak dapat dijangkau oleh mobil atau motor dikarna faktor alam seperti lumpur dan banjir. Sehingga solusinya ya kita harus menggunakan kuda agar kita dapat menjangkau wilayah yang masih terisolir. Juga merupakan budaya sebete seladi,” tutur Simon Nahak. ***