SIANTAR, metro7.co.id – Munculnya informasi pasangan Asner Silalahi – dr Susanti Dewayani akan melawan kotak kosong, usai memborong dukungan beberapa partai politik, menimbulkan kesan sempitnya demokrasi di Kota Pematangsiantar dalam Pilkada serentak Desember 2020 mendatang.

Dimana demokrasi kali ini tidak diberikan pilihan bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya untuk memilih calon Pimpinan nya beberapa tahun kedepan. Demokrasi kali ini juga merupakan pertama kalinya demokrasi politik dihadapkan dengan kota Kosong dikota Pematang Siantar.

Salah seorang tokoh Pemuda Ando Saragih menyampaikan, sebaiknya kontestasi Pilkada Siantar bisa di isi oleh beberapa calon pasangan. Sebab beberapa calon pasangan bisa memperkaya pilihan warga untuk menentukan bagaimana Siantar ke depan.

Kata dia, partai politik sebaiknya tidak mengambil langkah sebatas kepentingan politik. Namun memberikan banyak opsi pada masyarakat dengan figur-figur yang dirasa representatif.

“Menurut saya, pesta demokrasi kali ini bukan kepentingan masyarakat lagi. Melainkan sudah kepentingan kaum elit. Jika seandainya Calon Kepala daerah tampil sebagai petarung sejati, seharusnya ia bisa memberikan peluang kepada calon lain nya,” ungkap Ando Saragih.

Sementara itu, Riduan Manik, selaku Tokoh Pemerhati Kota Pematang Siantar mengatakan, seharusnya parpol (Partai Politik) lebih teliti dalam hal ini.

Dengan kondisi seperti ini seharusnya dia Calon Walikota Asner Silalahi bersama dengan pasangannya harus bekerja lebih baik lagi dan begitu juga dengan Partai Politik pengusungnya supaya ikut bekerja. Jangan nanti karena sudah diborong semua partai politik dia tidak berusaha lagi untuk mendapatkan dukungan masyarakat.

“Untuk masyarakat yang ada di kota Pematang Siantar marilah kita guna hak pilih kita sesuai dengan pilihan masing-masing, apakah memilih Asner Silalahi atau Kotak Kosong,” ujar Riduan Manik mengakhiri.

Sementara itu Rosmita Turnip salah seorang warga yang berkediaman di kelurahan Kebun Sayur Kecamatan Siantar timur sangat menyayangkan pesta demokrasi kali ini.

Dimana menurut dia (Rosmita Turnip), masyarakat seakan-akan tidak diberikan pilihan lain untuk memilih calon pemimpin daerah. “Saya pribadi saja bang malas. Gimana kita menentukan pilihan kita sementara yang dipilih cuma satu,” ujar wanita paruh baya itu.

Untuk itu, dia Rosmita Turnip sangat berharap agar diadakan pesta demokrasi tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya dimana masyarakat lebih leluasa untuk menentukan pilihannya. ***