MANGGARAIBARAT, metro7.co.id – Idealnya, Kabupaten pariwisata super premium dipimpin Bupati berkemampuan premium sekaliber drh Maria Geong, PhD. Memilih Maria Geong adalah sebuah pilihan rasional untuk memimpin Kabupaten Mabar sebagai destinasi pariwisata super premium demi kesejahteraan masyarakat Mabar.

“Kabupaten dengan program pariwisata sekelas premium, idealnya dipimpin oleh seorang Bupati berkemampuan premium dari berbagai aspek sekelas Maria Geong,” kata Advokat kondang Nusa Tenggara Timur, Ali Antonius SH MH kepada media ini via WhatsApp, Selasa (29/9/2020).

Antonius menegaskan pandangan tersebut menanggapi visi, komitmen, dan program “Ten Free” (10 Bebas) yang digelorakan pasangan calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Manggarai Barat Nomor Urut 2, drh. Maria Geong, Ph.D-Silverius Sukur,SP (Paket MISI).

Paket MISI mengusung Visi
“Mewujudkan Kabupaten Manggarai Barat Aman, Mandiri Sejahtera dengan Membangun Desa Menata Kota”. Mengejawantahkan Visi tersebut, Paket MISI siap menjalankan komitmen “Ten Free” (10 bebas) jika dipercaya rakyat memimpin Mabar lima tahun ke depan.

10 Bebas paket MISI adalah Bebas dari Kemiskinan, Bebas dari Kebodohan, Bebas dari Penyakit-penyakit infeksius, Bebas dari Sampah dan Perkumuhan, Bebas dari Kesendirian, Bebas dari Kekerasan, Bebas dari Praktik-Praktik Premanisme dan Rentenir, Bebas dari Tekanan, Bebas dari Kealpaan Dokumen dan Bebas dari Isolasi.

“Saya pikir, 10 program bebas itu sangat elementer, mulia dan strategis. Semua program itu bermuara pada satu tujuan mulia yakni masyarakat sejahtera. Hemat saya kesejahteraan itu “banyak yang dinikmati” baik lahir maupun bathin, jiwa dan raga. Jika 10 program itu berjalan sesuai rencana, saya yakin masyarakat Mabar mandiri dan sejahtera dapat terwujud”, kata Ali Antonius optimis.

Pakar hukum Universitas Nusa Cendana Kupang itu juga telah melontarkan pernyataan bahwa Maria Geong tidak sekedar perempuan biasa. Tapi suka tidak suka pantas diakui sebagai “tokoh wanita” terkemuka dari Manggarai Raya.

“Maria Geong tidak sekedar seorang perempuan. Tapi seorang ilmuwan dan administrator serta seorang politisi yang mumpuni. Baru terjadi dalam sejarah Mabar, calon Bupati bergelar doktor
dengan kemampuan berbahasa Inggris yang tinggi”, akunya.

Cerdas memilih

Ali Antonius mengingatkan, hasil pembangunan Manggarai Barat lima tahun ke depan tergantung paslon yang kita pilih dalam pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang.

“Mari kita cerdas memilih. Karena jika kita keliru dan salah memilih, maka kita sendiri yang akan rasakan hasilnya. Yang akan masyarakat Mabar nikmati nanti, tergantung dari paslon yang mereka pilih”, tandasnya.

Komitmen Paket MISI

Sebelumnya, Maria Geong menggemakan maksud “Ten Free” sebagai komitmen paket MISI memimpin Mabar. Dijelaskan, sepuluh bebas yang ia maksudkan yaitu, pertama, bebas dari kemiskinan. Ia menyebutkan, mayoritas masyarakat hidup di desa. Mereka adalah petani. Hampir 50.000 masyarakat berada di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan di bawah Rp 300.000.

Manggarai Barat deretan kedelapan di NTT berada di garis kemiskinan. Karena itu MISI akan memperjuangan masyarakat bebas dari kemiskinan. Tidak mungkin orang susah akan menangani pariwisata super premium, pariwisata internasional”, ungkap Maria Geong.

Dikatakannya, Mabar dan Labuan Bajo merupakan etalase Indonesia di mata internasional. Karena itu, paket MISI berjuang membangun desa, menata kota.

Kedua, bebas dari kebodohan. Kebodohan, sebut dia, dalam pengertian pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu, paket MISI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas guru-guru dalam hal penghasilan. “Ini harus menjadi komitmen kami. Kami tentu sangat berharap banyak kepada bapa/ibu untuk mengontrol apa yang menjadi visi kami ini,” tandas alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Ketiga, bebas dari penyakit-penyakit infeksius. Kata dia, di Mabar punya penyakit berbasis lingkungan seperti malaria, demam berdarah dan rabies. Penyakit-penyakit ini sangat ditakuti dunia pariwisata dan mengancam perjalanan pariwisata internasional.

Keempat, bebas sampah dan perkumuhan. Ia mengatakan, di mana-mana, khususnya di Labuan Bajo, dicela karena sampah. “Masalah sampah harus menjadi komitmen bersama agar sampah tidak lagi menjadi isu yang didengungkan”, tegas doktor dari Murdoch University, Australia itu.

Kelima, bebas dari kesendirian. Ia menyatakan bahwa selama empat setengah tahun berjalan keliling Mabar, dirinya menyaksikan masih banyak saudara-saudari yang dipasung, masih banyak janda dan duda yang belum mendapat pengakuan pemerintah. Masih banyak anak terlantar, orang-orang sakit yang harus menjadi tanggungjawab pemerintah.

Keenam, bebas dari kekerasan. Paket MISI berkomitmen dengan ibu-ibu bahwa tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan dan anak. “Save the woman, save the nation, save the children, save the future of the nation. Dan ini harus jadi komitmen kita karena anak-anak kita adalah masa depan bangsa dan Negara,” ungkap Mantan Kadis Peternakan Propinsi NTT ini.

Ketujuh, bebas dari praktik premanisme dan rentenir. Maria Geong mengaku mengetahui banyak hal yang menceritakan tentang kesulitan perekonomian perempuan. Ibu-ibu merasa tercekam dengan persoalan utang.

Kedelapan, bebas dari tekanan. ”Every one have to be free from being under pressure”, ujarnya dalam bahasa Inggris yang fasih. Ia menegaskan, kalau pemerintahan dipimpin oleh lebih dari satu orang, maka pemerintahan menjadi sakit.
Ia mengatakan, jika pemerintahan sakit, pasti tidak akan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.

“Yang terjadi adalah kelalaian dalam pelayanan. Hal ini sulit mewujudkan good governance. Dan tidak mungkin memperjuangkan amanat penderitaan rakyat seperti yang dicita-citakan”, tegasnya.

Maria Geong menepis isu, bahwa dirinya anti kontraktor.
“Saya katakan, saya tidak pernah anti kontraktor. Tapi yang saya mau, semua orang harus bekerja menurut aturan. Tidak ada perbedaan. Tidak ada pengecualian. Dan saya tidak mau pemerintahan saya ke depan ada di bawah tekanan oleh siapapun. Karena tugas Bupati adalah memberikan perlindungan kepada seluruh resource dan sumber daya manusia. Ini menjadi komitmen kita bersama,” tegasnya lagi.

Kesembilan, bebas dari kealpaan dokumen. Ia berjanji jika memimpin Mabar ke depan maka tidak ada lagi orang yang tidak memiliki kartu keluarga sehingga tidak memiliki jaminan-jaminan sosial yang pantas dia terima. Karena itu, semua orang dipastikan memiliki KTP dan dokumen Akte Kelahiran serta BPJS.

“Tidak mungkin orang-orang miskin bisa masuk rumah sakit tanpa Kartu BPJS. Warga harus dilindungi dan diberikan jaminan kesehatan oleh pemerintah”, tandasnya.

Perlindungan tanah-tanah adat, land protection, people protection, juga menjadi komitmen paket MISI. “Data harus lengkap. Paket MISI berkomitmen agar masyarakat memiliki database kepemilikan hak atas tanah sehingga tidak ada lagi orang yang menjadi korban baik secara adat maupun secara partikelir”, kata mantan Dosen program studi Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang tahun 2004-2006.

Kesepuluh, bebas dari isolasi. Ia menyebutkan banyak desa yang belum dijangkaui infrastruktur jalan. Ada Kampung yang masih gelap. Ada desa yang belum memiliki air sama sekali.

“Saya yakin ibu-ibu tidak lagi menderita karena air. Hanya perempuan yang berpikir soal air. Karena perempuan tanpa air, dia tidak akan hidup tenang. Perempuan harus hidup dengan sanitasi yang bersih. Ini adalah komitmen paket MISI,”tegasnya lagi.

Pada bagian lain Maria Geong mengatakan, Mabar memiliki SDA dan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada. “Para petani, nelayan dan peternak mesti diberdayakan untuk membangun kesejahteraan masyarakat”, imbuhnya. Ia juga menyebutkan program ATM (Ayam Tabungan Masyarakat) dan ibu-ibu perlu memiliki rekening bank.

“Saya pikir ini menjadi sangat penting. Kalau kita tidak mempunyai rekening bank, bagaimana mungkin kita merasa nyaman dalam hidup kita,” ujarnya.

Selain itu, juga harus memiliki jaminan-jaminan sosial jaminan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Setiap orang menjadi mandiri secara ekonomi dan mandiri secara sosial. “Kita harus mampu berdiri di atas kaki sendiri”, tegas Maria Geong.***