METRO7.CO.ID, Jakarta – Ketua DPP Partai Demokrat Jemmy Setiawan menilai, angka elektabilitas Presiden Jokowi Widodo atau Jokowi sulit untuk naik.

Jemmy mengaku, elektabilitas Jokowi berpeluang turun dengan adanya situasi nasional sekarang ini. Hal ini terbukti dengan berbagai hal diantaranya; dolar yang meroket, daya beli masayarajat yang lemah dan performn ekonomi yang sedikit daq diq duq dengan jatuh tompo pembayaran hutang di tahun depan.

Demikian dikatakan Jemmy dalam akun twitter pribadinya @Soragan77 Sabtu 14 Juli 2018.

“Angka elektabilitas jokowi naik sulit namun peluang turun nya ada dengan situasi nasional.

1. Dolar yang meroket

2. Daya beli yang lemah

3. Performn ekonomi yang sedikit daq diq duq dengan jatuh tompo pembayaran hutang di tahun dpn,” ujar Jemmy yang dikutip dari twitter pribadinya Senin (16/7/2018).

Dibagian lain Jemmy mengungkapkan, angka dukungan kepada Jokowi dalam Pilpres relatif tidak aman dengan kinerja hampir 4 tahun. Sedangkan angka elektabilitas Prabowo juga belum mampu melampaui Jokowi. Artinya dua duanya punya angka yang masih belum aman.

Menurutnya, ada tiga modal Ketua umum Partai Demokrat Susiilo Bambang Yudhoyono atau SBY sebagai Booster kontestasi 2019 yakni; modal suara Partai Demokrat, daya endorsement figur SBY sendiri sebagai mantan Presiden ke 6 dalam dua periode dan SBY memiliki petarung AHY yang juga memiliki pendukung loyalnya sendiri.

Survei terakhir dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukan, elektabilitas Jokowi pada Mei 2018 sebesar 46 persen. Hasil itu mengalami peningkatan menjadi 49,30 persen pada Juli 2018.

“Jokowi masih menjadi Capres terkuat dan ada tren kenaikan elektabilitas Jokowi. Meski elektabilitasnya masih di bawah 50 persen,” kata peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby dalam rilis survei bertema ‘Pasangan Capres dan Cawapres Pasca Pilkada’ di Kantor LSI Denny JA, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (10/7/2018). (metro7/ad)