TANJUNG – Budaya masyarakat “makan batalam bakipas pangeran” yang biasa dilakukan pada saat peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW oleh warga desa Habau, desa Bangkiling dan desa Hapalah kecamatan Banua Lawas kabupaten Tabalong yang dipandang sangat spesifik sekali, kini menjadi perhatian pemerintah daerah melalui Dinas Sosial Budaya dan Pariwisata (Dinsosbudpar).
Menurut Sekretaris Dinsosbudpar Kabupaten Tabalong Alfian kepada Metro7 Kamis (4/12) tadi di Tanjung “keberadaan budaya masyarakat di tiga desa di kecamatan Banua Lawas yang biasa melaksanakan kegiatan budaya makan batalam bakipas pangeran disaat peringatan Maulid Nabi telah ditinjau dan diteliti keberadaannya kemudian dibandingkan dengan daerah kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan, ternyata memang kegiatan prosesi budaya makan batalam bakipas pangeran itu juga dilaksanakan di beberapa kabupaten.
“Oleh karenanya kegiatan budaya makan batalam bakipas pangeran perlu kita jadikan sebagai kegiatan budaya unggulan di Tabalong dan nantinya secara bertahap akan dikembangkan menjadi seni budaya yang juga akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tabalong,” katanya.
Alfian menambahkan budaya makan batalam bakipas pangeran merupakan adat istiadat yang sejak berdirinya kerajaan Banjar yang mana kabupaten Tabalong di kecamatan Banua Lawas yang merupakan bagian dari kerajaan Banjar dalam setiap kegiatan memperingati Maulid Nabi selalu dilaksanakan kegiatan budaya makan batalam bakipas pangeran oleh kerajaan Banjar, agama Islam mulai masuk di Kalimantan Selatan bertepatan dengan berdirinya kerajaan Daha yang ada di Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Prosesi budaya makan batalam bakipas pangeran dahulunya dilaksanakan untuk menjamu tamu-tamu kehormatan bangsawan dan para pangeran dari kerajaan Banjar yang biada setiap setahun sekali berkunjung ke daerah hulu sungai seperti ke Tabalong sendiri untuk melihat kondisi rakyatnya maupun menghadiri kegiatan perayaan Maulid Nabi. (Metro7/Via)