BANJARMASIN, metro7.co.id – Tiga tahun terakhir mengalami kemarau basah karena fenomena La Nina, Kalimantan Selatan (Kalsel) diprakirakan bakal mengalami kemarau normal pada tahun ini.

Bahkan, fenomena El Nino berpeluang terjadi 50-60 persen. Untuk itu, potensi kebakaran hutan dan lahan atau karhutla harus diwaspadai dan dimitigasi lebih dini.

Setidaknya enam wilayah di bagian selatan khatulistiwa berpotensi paling terdampak El Nino sepekan ke depan.

Kepala Pusat Metereologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdani menjelaskan, fenomena iklim pemicu penurunan curah hujan, El Nino, sudah berada pada kategori moderat.

“Dan diprediksikan masih di status moderat hingga sekitar Oktober dan mulai menurun ke intensitas lemah hingga Desember 2023,” ujarnya.

Berdasarkan data BMKG, sejumlah indikator yang menunjukkan El Nino masih tak signifikan. Yakni, Southern Oscillation Index (SOI) pada angka -11,9, Indeks NINO 3.4 ada pada angka +1.04 (El Nino lemah).

Selain itu, indikator Indian Ocean Dipole (IOD), yakni Dipole Mode Index (DMI) mencapai +0.20.

Andri mewanti-wanti potensi kekeringan dalam jangka pendek atau sepekan ke depan.

“Untuk saat ini hingga sepekan ke depan potensi kekeringan yang harus diwaspadai,” kata dia.

Wilayah-wilayah yang paling terdampak kekeringan secara umum seminggu ke depan berada di selatan khatulistiwa.

Yakni, kata Andri, Sumatera bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua bagian selatan.

Berdasarkan analisis perkembangan musim kemarau dasarian III Juli 2023 BMKG, ia mengungkap 63 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim musim kemarau.

Berikut rincian wilayah di Kalimantan yang saat sini sedang mengalami musim kemarau, Kalimantan Barat bagian selatan, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan sebagian besar Kalimantan Timur.