BANJARMASIN, metro7.co.id – Pemerintah Kota Banjarmasin belum memiliki Gedung Kesenian. Dalam suasana menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 yang diikuti juga oleh Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, isu tersebut muncul ke permukaan melalui mulut beberapa kandidat.

Kampung Buku Banjarmasin, bekerja sama dengan NSA Project Movement menggelar pameran tunggal karya seni lukis Seniman Hajriansyah pada 26 Oktober hingga 8 November 2020 di Kampung Buku Jalan Sultan Adam, Banjarmasin. Pameran bertajuk “Suluk: Journey to Indepth Memory”. Dalam masa itu, seniman Kota Seribu Sungai yang gabung dalam kedua komunitas tersebut mengundang Calon Walikota (Cawali) dan Calon Wakil Walikota (Cawawali) Banjarmasin.

Niatnya, semua kandidat berkesempatan menunjukkan perhatiannya pada dunia literasi dan seni budaya. Lebih-lebih bisa diajak ngobrol seputar masalah kebudayaan.

Sayangnya, hasilnya belum maksimal. Tak semua kandidat berhasil diundang. Kampung Buku dan NSA mengundang secara resmi dengan selembar surat. Khusus untuk Cawali Hairul Saleh, undangan tak sampai karena tak satu pun kontak yang bersangkutan ditemukan penggelar pameran. Meski demikian, ada sedikit kesimpulan yang bisa diambil sebagai bahan pertimbangan warga Banjarmasin untuk menentukan pilihan.

Secara kebetulan, Cawali Abdul Haris Makkie menggelar bedah buku tulisannya pada 28 Oktober 2020. Kampung Buku sebagai sarang pegiat literasi, dijadikan panitia bedah buku sebagai lokasi kegiatan.

Dalam kesempatan itu, Haris Makkie datang Bersama pasangannya dalam Pilkada 2020, Ilham Noor. Usai membahas buku tulisannya soal gagasan dan cita-cita tentang dunia wira usaha pemuda di Banjarmasin, misi Pameran Suluk dijalankan.

Hajriansyah, penggagas Kampung Buku sekaligus seniman yang karyanya dipamerkan, berkesempatan ngobrol dengan Haris Makkie.

“Seni atau budaya itu sendiri adalah peradaban. Seni atau budaya dapat merubah wajah dunia. Antara zaman-zaman itu dipengaruhi oleh budaya. Tentu bagi saya sebagai calon walikota Banjarmasin ini menjadi perhatian luar biasa,” ujar Haris.

Haris Makkie menyadari seniman Banjarmasin tak punya tempat khusus. Sebagai komitmenya, Haris mengatakan, akan mengupayakan tempat khusus bagi seniman Kota Seribu Sungai untuk berekspresi. Bahkan menurutnya, tidak harus terpusat di satu tempat saja. “Dari kecamatam-kecamatan juga harus ada,” imbuhnya.

Awal November, malam di Kota Banjarmasin cenderung mendung, dingin. Tiba-tiba Petahana Banjarmasin datang mengenakan jaket putih dengan sentuhan sasirangan. Ia datang bersama tim, mayoritas kalangan muda. Cawawali Arifin Noor yang berpasangan dengan Ibnu Sina tidak menyertai.

Tak ada agenda khusus seperti Haris Makkie, Ibnu Sina datang cuma berkunjung. Menyeruput kopi tipakan, sambal menikmati lukisan-lukisan Hajri. “Ini bukan lukisan biasa,” ucapnya.

Lagi-lagi, isu Gedung Kesenian Kota Banjarmasin jadi topik pembicaraan. Ibnu Sina memiliki pandangan, soal aktivitas kesenian, menurutnya akan lebih menarik jika seniman mampu menciptakan ruang-ruang kesenian sendiri.

“Kenapa kita tidak menciptakan epicentrum sendiri,” katanya.

Ibnu Sina rupanya punya pandangan jika Kota Banjarmasin seperti kota-kota di luar sana. Hampir di setiap sudut kota, ada aktivitas kesenian menghibur wisatawan atau pengunjung kota.

Kendati begitu, menurut Ibnu Sina, saat awal ia menjabat Walikota Banjarmasin tepatnya pada 2016 lalu, pernah ada rencana Pemerintah Kota Banjarmasin mendorong industri pariwisata berbasis seni budaya. Soal gedung kesenian, saat itu ia pernah melirik bangunan mangkrak. “Yang di depan 17 Mei,” ucapnya.

Bangunan yang dimaksud Ibnu Sina itu dibangun sejak awal 2000-an. Rencananya untuk rumah dinas walikota. Pembangunan mangkrak akibat sengketa, lahannya ternyata milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Andai ada titik temu atas sengketa itu, kata Ibnu Sina, cita-cita Gedung Kesenian di Kota Banjarmasin bisa diwujudkan. Apalagi, ia pernah membayangkan, bangunan itu akan dijadikan semacam pusat kebudayaan Kota Banjarmasin untuk kebutuhan pariwisata. Bangunan itu kebetulan dikelilingi sungai kerokan. Pas dengan julukan Banjarmasin sebagai Kota Seribu Sungai.

“Akan ada pasar terapung, di dalamnya ada aktivitas kesenian,” ucap Ibnu Sina membayangkan.

Selain dua kandidat itu, Pasangan Calon (Paslon) Ananda-Mushaffa Zakir juga muncul di Kampung buku. Namun, yang datang hanya Cawawali Mushaffa Zakir.

Mushaffa berkata, siap memajukan literasi seni budaya di Kota Banjarmasin, jika terpilih.

Sementara untuk Paslon Khairul Saleh-Habib Muhammad Ali Alhabsy seperti yang sudah dijelaskan tadi, tak ada komentar yang bisa disampaikan.

“Silakan masyarakat pemilih Kota Banjarmasin tentukan pilihan dengan berkesadaran dan cerdas,” ujar Hajriansyah.

Pameran Suluk sendiri akan ditutup pada Minggu (8/11/2020). Sebelum benar-benar ditutup, pada Sabtu (7/11/2020) sore, ada bincang seni rupa di Kampung Buku dengan tema “Iklim Seni Rupa Kalimantan Selatan”.