BANJARMASIN, metro7.co.id – Pekerjaan Normalisasi Sungai di seluruh Kota Banjarmasin yang mendapatkan bantuan dari Bank Dunia, sangat disyukuri, tapi pelaksanaannya secara transparan dan rencana-rencananya harus dishare pada warga Banjarmasin, karena kehidupan mereka banyak di Pinggir Sungai.

Demikian penegasan Winardi Sethiono, Ketua Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) Kalimantan selata, menyoroti kondisi Sungai hingga Normalisasi Sungai.

Diingatkan, dalam pekerjaan jangan diambil keuntungannya, pencitraaannya, apalagi masyarakat yang pandai yang tidak kena dibohongi dan tidak kena dibuai, harus disyukuri hal ini.

Menurut Winardi, Masyarakat sangat mendukung dan berterimakasih kalau ada pihak dari Pemerintah yang ingin membangun Kota Banjarmasin sebagaimana layaknya dan itu tegas Winardi Sethiono, didukung oleh masyarakat.

Namun jika ada protes, berarti ada kesalahan atau kekeliruan. “Kemungkinan ada kesalahan atau kekeliruan para pihak atau dari Pemerintah. Mungkin masalah transparansi, karena ada beberapa pihak yang mengajukan ke Pemerintah Pusat satu pekerjaan, satu proyek, namun dibelakang itu orang-orangnya sendiri yang mengerjakannya,” ungkap Winardi.

Dia juga menyebutkan, proyek pencitraan juga menjadi perhatian masyarakat, yang harus diperhatikan oleh pihak terkait.

Menyangkut program Normalisasi Sungai, Winardi mengingatkan, agar melibatkan kontraktor atau Tenaga Ahli yang studinya di daerah, bukan di Luar Negeri, karena kultur tanah Banjarmasin berbeda dengan Banjarbaru, apalagi dengan daerah lain dan sangat berbeda dengan Luar Negeri, yang dibuat seperti Venesia, itu terlalu jauh.

Ditegaskan Winardi, sejak kecil dia tinggal di pinggir sungai dan sangat mengetahui fungsi-fungsi sungai.

“Apalagi terakhir yang mendapat kritik dari masyarakat adalah pengecilan sungai, pelebaran jalan, itu bukan solusi yang baik saya rasa,” tegas Winardi.

Hal ini dengan alasannya, jika ingin mengembalikan fungsi sungai, harus dilebarkan sungai tersebut sesuai kondisi semula.

Selain itu, sungai harus dibuat dalam, seperti pengalaman dirinya waktu dulu untuk Sungai veteran beberapa tahun lalu, saat sungai dalam, saat berdiri di tengah-tengah sungai, kedalamannya sekitar 2 sampai 2 meter lebih, dan itu berbeda dengan kondisi kedalaman sungai saat ini yang dirasanya hanya merupakan sebuah parit, karena kedalamannya yang kurang.

Winardi juga menyoroti tidak berguna jika membuat Pintu Air, karena menurutnya dari pembelajaran Pintu Air yang ada di Sungai Tatas di belakang Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Walaupun Pintu Air ditutup, tapi air masih bisa masuk karena bergerak lewat bawah tanah, dan itulah bedanya konturnya Tanah Humus.

“Kalau kita bendung supaya tidak masuk, dari tanah naik. Waktu surut, pintu air tidak terbuka, air lama turunnya, sehingga menambah parah kondisi tersebut dan ini perlu didalami masalah ini,” tutupnya.