TANJUNG, metro7.co.id – Balita berumur 16 bulan ini tergolek lemah. Kepalanya membesar dari ukuran normal, dan tubuhnya kurus kering karena kurang gizi. Matanya yang cekung terus memandang ibunya yang berada disampingnya. Sementara mulutnya terus menangis sepertinya menahan sakit.

M Alqifari terus menerus menangis, ketika diberikan susu botol oleh ibunya tangisnya reda, tetapi baru beberapa kali mengisap susu itu ia kembali menangis. Sementara ibunya dengan sabar membelai-belai Alqifari dan terus membujuknya untuk minum susu.

Kepada Metro7 saat itu berkunjung ke rumahnya, Kamis (9/7/2020) kemarin, di bilangan RT. 2 Desa Nawin Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, ibunya Masliyani menceritakan tentang kondisi Alqifari dari awal terkena Stunting hingga sekarang.

Didampingi Kasi Pelayanan Desa Nawin Aidil Rifanor yang selama ini konsen memfasilitasi penggalangan dana bagi pengobatan Alqifari, Masliyani menceritakan bahwa sejak dilahirkan Alqifari adalah anak yang tumbuh normal. Tidak ada terbersit dipikirannya kalau akhirnya anaknya akan menderita penyakit Stunting atau kurang gizi.

“Sejak lahir sampai umur 11 bulan Alqifari normal, sehat dan tumbuh seperti anak-anak seusianya. Tetapi, pada umur 12 bulan Alqifari kena penyakit Stunting,” tutur Aidil Rifanor yang mengaku siap memberikan bantuan untuk Alqifari walaupun 24 jam.

M Alqifari ketika berumur 7 bulan (foto/ist)

Melihat kondisi kehidupan ekonomi orang tua Alqifari tergolong keluarga kurang mampu, tidak sebanding dengan rumah-rumah disekitarnya. Memang sudah sepantasnya untuk mendapatkan bantuan lebih dalam kesembuhan balita Alqifari.

Kepada desa Nawin Marhani ketika dikonfirmasi membenarkan kalau didesanya ada beberapa kasus Stunting, salah satunya adalah M Alqifari. Tetapi dirinya menyangkal kalau selama ini tidak memberikan perhatian kepada warganya yang terkena penyakit Stunting atau gizi buruk.

“Kami sangat memperhatikan warga yang keluarganya terpapar Stunting, tetapi kami hanya mampu memberikan bantuan sekemampuan desa saja,” papar Marhani sembari menambahkan selaku aparat desa dirinya sudah melaporkan hal ini ke pihak terkait.

Menurut data yang diperoleh Metro7, dikabupaten Tabalong angka balita yang terkena Stunting sudah melebihi seratus orang. Untuk desa Nawin saja sebanyak 32 balita terkena Stunting.

Kepala Dinas Kesehatan Tabalong dr. Taufiqurahman ketika dikonfirmasi tentang kondisi kesehatan dan ekonomin orang tua M Alqifari, mempersilahkan untuk dibawa ke RSUD H Badaruddin Maburai tanpa memikirkan biaya.

“Jangan takut biaya, datang saja kesana akan kami layani sebaik mungkin,” ucap Taufik.

M Alqifari adalah salah satu dari ratusan bayi mengidap Stunting di kabupaten Tabalong. Dalam kondisi pandemi Covid-19 dan upaya penanggulangan oleh pemerintah, banyak pihak berharap perhatian pemerintah juga diberikan kepada balita yang terkena Stunting untuk mendapatkan layanan kesehatan secepatnya secara gratis sebelum menelan korban.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi dan Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia satu tahun hingga dua tahun.

Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yang berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting. Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.***