BANYUMAS, metro7.co.id – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Cilacap mencatat adanya peningkatkan kinerja ekspor terhadap komoditas turunan kelapa berupa gula kelapa asal Kabupaten Banyumas.

Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Karantina Pertanian Cilacap tercatat sebanyak 1.052 ton gula kelapa dengan nilai ekonomi mencapai Rp 35 miliar dengan fasilitasi ekspor perkarantinaan sebanyak 83 kali. Hal ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 2019 yang hanya tercatat sebanyak 65 kali fasilitasi dengan total 744 ton atau senilai Rp. 24 miliar saja.

“Dari catatan kami, negara tujuan ekspor komoditas ini tersebar di empat benua yakni Australia, Afrika, Amerika dan Eropa,” kata Kepala Karantina Pertanian Cilacap, Dwi Astuti Yuniasih saat melakukan monitoring tindakan karantina di sentra gula kelapa, Banyumas, Sabtu (30/1).

Menurut Dwi, tepatnya ada 22 negara tujuan ekspor yang tercatat di empat benua tersebut. Dan selain produktivitasnya yang tinggi, komoditas ini dikenal bermutu baik dan merupakan hasil budidaya dan olahan organik. Ini yang menjadi daya tarik tersendiri, terlebih dengan pola hidup sendiri telah menjadi gaya hidup tidak saja di dalam negeri namun juga di luar negeri, jelas Dwi.

“Tidak hanya percepatan layanan, namun akurasi pemeriksaan dengan SDM yang mumpuni serta sarana prasarana laboratorium uji agar dapat menjamin keberterimaan produk pertanian di negara tujuan ,” tutur Dwi

Selaku koordinator upaya peningkatan ekspor di wilayah kerjanya, Dwi menjelaskan langkah
operasionalnya yakni berupa pemberian bimbingan teknis pemenuhan persyaratan ekspor masing-masing negara tujuan, akses informasi yang dapat diakses melalui klinik agro ekspor di kantor layanan induk serta terus melakukan sinergisitas dengan seluruh entitas.

“Sesuai arahan Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) selain melakukan tugas perkarantinaan kami fokus pada pencapaian target tiga kali lipat,” katanya.

Hilirisasi Produk untuk Peningkatan Daya Saing

Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil mengapresiasi kinerja ekspor petani dan pelaku usaha gula kelapa organik asal Banyumas, terlebih komoditas telah merupakan produk olahan.

“Ini adalah capaian yang patut dihargai, produk pertanian adalah produk yang mudah rusak atau perishable sehingga untuk meningkatkan daya saing maka harus diekspor dalam
bentuk jadi, minimal setengah jadi,” kata Jamil.

Jamil juga menambahkan, terlebih dalam masa pandemi yang masih berlangsung, hilirasi produk pertanian dapat memberikan dampak positif bagi upaya pemulihan perekonomian nasional berupa terbukanya lowongan pekerjaan.

Dari pantauannya, kinerja ekspor komoditas gula kelapa organik di awal Januari 2021 hingga hari ini tercatat 149 ton atau setara dengan Rp 5,1 miliar. Junlah ini dilakukan dalam 12 kali fasilitasi ekspor karantina masing-masing ke Australia, Amerika, Yunani, Polandia, Prancis, Brazil dan Malaysia. Trennya bagus, semoga seiring dengan peningkatan volume ekspor juga dapat menarik minat pelaku usaha dari kalangan muda untuk turut mendorong ekspor, tukas Jamil.