TUBAN, metro7.co.id – Atas keluhan warga Nelayan Desa Glondonggede Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban, perwakilan dari Pemerintah Desa (Pemdes), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Rukun Nelayan, Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas), dan pemuda Karang Taruna Desa Glondonggede kompak datangi kantor utama PT. Semen Indonesia di Kerek Kabupaten Tuban, Rabu (22/7/2020).

Warga nelayan Desa Glondonggede yang masuk lokasi Ring 1 PT. Semen Indonesia pabrik Tuban, mengeluhkan kurangnya perhatian pemerintah dan perusahaan sekitar terhadap mereka.

Oleh karena itu, kedatangan rombongan ini, selain dalam rangka menyampaikan aspirasi warga pesisir, sekaligus juga mencegah agar mereka tidak berbondong-bondong datang ke perusahaan, yang dapat mengganggu stabilitas keamanan di lingkungan sekitar Desa.

Saat ditemui oleh Suhada’ perwakilan PT. SI di ruang loby, Ketua Rukun Nelayan, Pasir menyampaikan beberapa keluhan warga. Pertama, minimya penerangan di pesisir pantai Glondong.

“Memang di pesisir Glondong itu sudah ada bantuan lampu penerangan dari PT. SI, tapi karena banyaknya pemukiman, penerangan tersebut terhalang oleh rumah warga. Jadi, kami mewakili nelayan berharap agar lampu yang sudah ada digeser lebih ke utara, supaya nelayan yang beraktivitas dimalam hari tidak terganggu. Kalau tiang lampunya ditinggikan lagi, saya khawatir bila terjadi apa-apa banyak pemukiman penduduk dibawahnya, dan itu berbahaya sekali,” ucapnya.

Kedua, tidak adanya kompensasi kepada warga nelayan terkait aktivitas pengerukan (dradging) di sekitar pelabuhan yang mengakibatkan turunnya volume ikan hasil tangkapan. Hal ini lah yang disayangkan oleh Ketua Rukun Nelayan.

Ali Imron selaku perwakilan Pemdes Glondonggede mengamini apa yang dikatakan Pasir. Selain itu, ia juga menambahkan, selama ini program CSR yang menyentuh warga nelayan masih minim. Ia berharap ada program-program dari perusahaan yang mendukung pemberdayaan ekonomi nelayan. Seperti konservasi terumbu karang dan lain-lain.

Sementara dari perwakilan PT. SI, Suhada’ mengatakan bahwa lampu penerangan sejak tahun 2019 sudah ada peninggian tiang sepanjang 3 meter.

“Karena memang lampu penerangan sudah terhalang oleh rumah warga, jadi kami tinggikan agar penerangannya mencapai garis pantai. Biayanya cukup besar kalau memindah tiang lampu,” ucapnya.

Ia juga berujar bahwa, ketika melakukan bongkar muat batu bara, PT. SI juga selalu berkoordinasi dengan K3, kebersihan dan pihak wilayah pelabuhan, dengan mempertimbangkan wilayah sekitar.

Terkait dengan program CSR dari PT. SI, ia mengungkapkan, bahwa selama ini PT. SI juga selalu memberikan CSR melalui Forum Masyarakat Kokoh (FMK). Seperti
Mobil Siaga yang sudah diberikan ke Desa. Sedangkan untuk program khusus yang difokuskan untuk peningkatan ekonomi nelayan, akan dipertimbangkan lagi sesuai kewenangan diatasnya, serta akan segera ditindaklanjuti dan dikoordinasikan dengan pimpinan.

Menanggapi hal diatas, Ali Makfur selaku BPD menimpali, bahwa peninggian tiang lampu yang dimaksud Suhada’ itu di Desa sebelah. Sedangkan di Desa Glondonggede belum tersentuh. Ia berharap, apa yang disampaikan oleh warga nelayan agar dipertimbangkan lagi. Hal ini demi menjaga kondusifitas warga setempat, mengingat warga Desa Glondonggede merupakan lingkungan ring 1 yang butuh perhatian perusahaan.

Ketika dikonfirmasi oleh media Metro7.co.id terkait tindaklanjut keluhan warga, Suhada’ belum berani memberikan jawaban.

“Saya belum berani memastikan kapan menindaklanjuti keluhan warga, nanti akan kita koordinasikan dengan pimpinan,” ujarnya. ***