TANJUNG, metro7.co.id – Hidup Nurmani (69) serba memprihatinkan. Wanita jompo ini melalui hari-harinya di rumah kecil sebatang kara tanpa berpenghasilan. Dapurnya hancur ditiup angin. WC nya pun tak ada. Jika BAB nenek renta tersebut terpaksa merangkak menuruni tebing sungai Tabalong yang curam.

“Saya BAB ke pinggir sungai. Walau tak ada jamban, saya jongkok di tepian tebing sungai. Terpaksa harus pegangan kuat-kuat, takut kalau jatuh ke sungai,” ujar Nurmani ditemui di rumah kecilnya, Kamis (27/5) tadi.

Nurmani ditinggal suaminya sejak lama. Hidupnya sempat memiliki anak semata wayang, itupun telah meninggal. Praktis hidupnya kini seorang diri. Tubuhnya tampak gemetaran ketika berjalan. Selain karena faktor usia, Nurmani juga mengidap asam urat.

“Kata dokter, saya ada asam uratnya. Tiap kali habis dari BAB ke sungai kaki saya sakit. Dibawa berdiri rasanya susah,” kata warga Gambah RT 5, Kelurahan Belimbing, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong ini.

“Pak Arman, Ketua Muallaf Center Tabalong kerap antarkan beras dan kebutuhan lain buat nenek ini. Pak Arman, mengajak kami ke sini. Melihat kondisinya, Nenek jompo ini selayaknya dibantu. Insha Allah orang baik Tabalong akan bahu membahu membuatkan WC,” jelas Ketua Komunitas Sayangi Sesama (KS2) Tabalong, Erlina Effendi Ilas.

Menurut Erlina, pihaknya akan menghubungkan orang-orang baik Tabalong agar Nurmani tidak lagi BAB ke pinggir sungai Tabalong. Selain di sungai tidak ada jamban, keselamatannya bisa terancam karena tebing curam dan licin.

“Bismillah aja. Kita akan sinergikan dengan siapapun. Termasuk tadi kami juga sudah bicara sama Ketua RT, Pak Bahrani dan beliau siap terlibat,” ujar pembina Rumah Tahfidz Gratis Sayangi Sesama ini.

Tabalong merupakan daerah satu-satunya di Kalimantan Selatan yang beroleh penghargaan Open Defecation Free (ODF) atau bebas dari perilaku BAB sembarangan dari Kementerian Kesehatan RI.

Sebelumnya sukses Program ODF pemerintah daerah merupakan sokongan dari Yayasan Adaro Bangun Negeri. Program dengan biaya cukup besar tersebut tak mampu menyentuh kaum marginal, seperti dialami Nurmani.***