MEMPAWAH, metro7.co.id – Kepala kantor Kementerian Mempawah, Mi’rad, mengunjungi Pondok Pesantren, MI, MTs dan MA Hidayatul Atfal, Desa Sambora, Kecamatan Toho. Mi’rad didampingi Kasi Pontren Mulyadi, Kamis (10/09/2020).

Dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren tersebut Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Mempawah ikut serta dalam sosialisasi Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2020 penerapan disiplin dan penegakan hukum Protokol Kesehatan.

Di Hidayatul Atfal, Mi’rad dan rombongan disambut Pengasuh Pondok Pesantren, Kyai Abdurrazak, Kepala MTs Ustadz Najib Murtadho, Kepala MA Puryadi dan Kepala MI Suparlan.

“Selain meninjau pondok pesantren yang menjadi wadah dari beberapa lembaga pendidikan formal ini, saya dan rombongan juga mensosialisasikan Perbup Nomor 50 tahun 2020 sebagai upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19,” jelas Mi’rad.

Dikatakannya, sebelumnya pihaknya ia juga sudah mengunjungi beberapa pesantren dan lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Kementerian Agama Mempawah, dan menyampaikan Perbup 50/2020.

Mirad menegaskan, para santri, pengasuh pondok pesantren dan pimpinan lembaga pendidikan Islam diharapkan turut menjadi garda terdepan dalam penerapan displin protokol kesehatan. Dengan demikian, kedisiplinan ini akan menular ke masyarakat sekitarnya.

“Saya juga meminta para pengasuh pondok pesantren dan pimpinan lembaga pendidikan Islam untuk membantu pemerintah daerah mensosialisasika Perbup 50/2020 di lingkungan masyarakat setempat,” imbuhnya lagi.

Pondok Pesantren Hidayatul Atfal di Desa Samboro ini berdiri tahun 1975. Pontren ini menaungi sejumlah lembaga pendidikan formal. Berdiri di atas Bukit Sambro, bangunan Hidayatul Atfal tampak megah.

“Saat kami kami tengah mendidik 250 orang santri dengan jumlah pengajar ustaz dan ustazh sebanyak 28 orang. Alhamdulillah, berkat bimbingan Kemenag Mempawah, pondok pesantren kami terus maju dan berkembang,” ungkap Kyai Abdurrazak.

Berdasarkan cerita turun-temurun, masyarakat Sambora menyakini bahwa Sunan Kalijaga pernah berkunjung ke daerah ini. Suasana mistis memang terasa kental dan sangat dijaga masyarakat Sambora.

“Saat mendirikan pesantren ini, saya pernah mendapat sebilah keris yang merupakan peninggalan peristiwa masa lalu. Keris itu masih saya simpan hingga sekarang sebagai kenang-kenangan di pondok pesantren ini,” katanya.

Abdurrazak juga menyampaikan komitmen untuk mematuhi Perbup 50/2020 agar Sambora tetap aman dari wabah pandemi Covid-19. Ia bersama pimpinan dan pengajar di lembaga pendidikan Hidayatul Atfal siap untuk membantu pemerintah mensosialisasikan protokol kesehatan bagi masyarakat Desa Sambora. *