Tamiang Layang — Warga Desa Maipe, Kecamatan Paju Epat, belakangan ini terpaksa harus mengeluarkan keuangan rumah tangga berlebih. Selain barang kebutuhan pokok meningkat akibat imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), beban mereka semakin bertambah lantaran listrik PLN yang lama dinanti, belum juga diwujudkan. Padahal , letak wilayah desa tidak terlalu jauh dengan ibukota Kecamatan Paju Epat.
“Sampai saat ini desa kami belum dialiri listrik dari PLN,” ujar Uselman, Kepala Desa Maipe.
Dikatakannya, saat ini listrik sudah menjadi kebutuhan pokok warga, tak terkecuali di Desa Maipe. Selain menjadi alat penerangan, juga digunakan untuk keperluan alat rumah tangga seperti televisi, memasak, keperluan mengerjakan bangunan dan lain sebagainya yang bergantung pada energi listrik.
Untuk memenuhi semua itu, sebagian warga Desa Maipe menggunakan genset untuk membuat energi listrik. “Sudah lama warga sangat mengharapkan aliran listrik dari PLN. Karena belum terpasangnya jaringan, banyak warga menggunakan genset guna mendapatkan daya listrik,” papar Uselman.
Konsekuensi kebutuhan pokok untuk memperlancar aktivitas kehidupan ini, genset menjadi pilihan alternatif. Pengeluaran pun bertambah karena warga harus membeli premium untuk bahan bakar genset yang mencapai Rp 10 ribu per liter.
Kondisi seperti itu, terang Uselman, tak sebanding dengan pendapatan warganya yang mayoritas sebagai petani karet. “Warga  harus membeli minyak (premium, red) untuk menghidupkan genset. Harga eceran bensin Rp 10 ribu perliter, ini tidak sebanding dengan harga karet yang semakin turun,” tambah Uselman.
Pihaknya sudah lama mengusulkan agar di desanya dialiri listrik PLN. Namun disayangkan, sampai sekarang usulan itu belum juga terealisasi sesuai harapan. (Metro7/MJ/Sigit)