SUNGAI PENUH, metro7.co.id – Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan bisnis yang sangat menggiurkan, karena pada pemasarannya ditujukan ke masyarakat umum sebagai kebutuhan akses perekonomian dan
personal.

Adapun instrumen yang dipergunakan di SPBU untuk menyalurkan minyak pada pembeli itu berkategori canggih, sehingga bisa menakarkan jumlah yang diinginkan.

Keuntungan yang diperoleh melalui bisnis seperti ini berada dalam sistem yang sudah diatur oleh Pertamina sesuai dengan berbagai jenis BBM dan jumlah kebutuhan SPBU (kuota). Namun hal ini juga terdapat persentase antara konsumen dan jumlah minyak.

Dari penulusuran pewarta, Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci pemasaran minyak SPBU sudah dipastikan memiliki perbandingan dari jumlah kunjungan pengendara tergantung dari kenyamanan dan pelayanan dan jangkauan, kemungkinan besar juga di daerah lainnya, artinya dari pihak pengelola sudah jelas ada resiko.

Ini menunjukkan suatu tantangan terhadap pengusaha ini sendiri, mengakomodir kebijakan itu mereka lakukan dengan optimis, kemudian taktik yang dimainkan melalui informasi akan membuat persaingan menjadi sengit. Tentunya, di dunia pemasaran tidak lain ada hubungannya dengan pelanggan.

Selain itu, sebelumya sering terdapat masalah terhadap pembeli bensin. Saat ini kembali terjadi, persoalan ini bisa dikatakan adanya dugaan faktor, contoh, merosotnya kuota SPBU karena kelangkaan BBM, minimnya jumlah minyak yang disalurkan pada kendaraan karena pengisian jerigen yang tidak sesuai dengan prosedur, tertuju dengan satu SPBU di daerah yang sama karena yang lainya tutup.

Juga cenderung dengan satu jenis karena adanya perbandingan harga, pengelolaan tidak mengarahkan ke anjuran yang sebenarnya sehingga membuat stok persiapan harga naik, mendistribusikan ke kendaraan yang melangsir minyak.

Seorang mahasiswi Ismi, yang merupakan konsumen mengungkapkan, sulitnya mendapatkan BBM jenis pertalite dikarenakan berhadapan dengan persoalan antri. Dirinya belum memahami kendala apa yang terjadi di SPBU Kerinci dan sungai Penuh.

”Tadi saya antri di SPBU Siulak Kabupaten Kerinci gak dapat pertalitnya, itu tadi juga banyak motor dan mobil antri habis isi minyak kayak nyedot teng gitu, tapi mudah mudahan bukan itu penyebabnya. Capek ya ngantri panjang, ini aja tadi saya isi Partamax di pelayang raya hanya kebetulan mau ke Sungai Penuh,” ujarnya, Kamis (2/11).

Menurut pemerhati masyarakat sipil, Okti, BBM termasuk kebutuhan pokok, karena jenisnya dapat membantu segala urusan baik ekonomi maupun keperluan non ekonomi. Untuk masalah yang sering dihadapi oleh pembeli itu sering terjadi.

“Penyaluran minyak di SPBU memiliki manajemen yang sudah diatur dan
terarah dari Pertamina, keberadaanya di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yang mana perusahaan milik negara ini sangat unggul, kontrolnya juga teliti serta pengawasan dan pengamanan juga ketat diunsur Polri-TNI,” jelasnya.

“Diketahui, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah agar kebutuhan minyak untuk masyarakat, wirausaha tidak terhambat di segi ekonomi dan dan non ekonomi. Persoalan yang sering didengarkan tentang masalahan yang dihadapi oleh pengendara yang berstatus pembeli itu belum tentu bahwa minyak itu langka,” tambahnya.

Lanjutnya, solusi tentu ada dari pihak SPBU, akan tetapi belum tentu membuat pembeli ini nyaman karena berhubungan dengan waktu aktifitas bisa terganggu dan terhambat.

Tapi kalau dibedakan mengapa di daerah lain lancar, tentunya pertanyaankan, namun belum juga tentu ini negatif tapi harus kita hadapi dan diamati dengan bijak sehingga tidak menimbulkan kisruh.

“Jangankan problem konsumen ada yang melangsir ada yang tidak, orang SPBU juga sudah jelas memiliki persaingan, kalau tidak sehat ya masalah. Kita hanya bisa berharap semoga minyak lancarlah kedepanya,” tutupnya