WONOSOBO, metro7.co.id – Fenomena langka yang terjadi setiap tahun sekali berupa Embun Es kembali terjadi di Kawasan Dieng. Suguhan fenomena tersebut membuat nilai tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng.

Di media sosial Twitter, sejumlah akun membagikan unggahan yang memperlihatkan hamparan rumput di Dieng diselimuti oleh kristal es bening akibat Suhu Capai Minus 1⁰C.
Fenomena langka dan terlihat indah juga dibagikan oleh penggiat wisata Dieng melalui group WA. Embun es yang muncul tersebut mulai 29 Juli 2022 dini hari.

Salah satu penggiat wisata Dieng yang akrab dipanggil Penos juga membagikan video munculnya embun es di kawasan Candi Arjuna.

Saat dihubungi awak media, dirinya membenarkan fenomena embun es yang muncul tersebut.

Penos mengatakan bahwa embun es atau yang biasa disebut embun upas oleh warga lokal terjadi di area Candi Arjuna.

Fenomena itu terjadi pada Rabu (29/7/2022) pagi. “Suhu terpantau minus 1 derajat celsius,” kata Penos.

Ia juga menjelaskan, fenomena alam di dataran tinggi Dieng yang terjadi pada musim kemarau merupakan salah satu daya pikat bagi wisatawan untuk berkunjung.

Pada 30 Juli 2022, tercatat wisatawan yang berkunjung ke Dieng untuk menikmati hamparan embun es mencapai 1.000 orang lebih dalam sehari.

Pada momen embun es tahun ini, lanjut Penos, area wisata Dieng dipadati wisatawan setiap hari setelah pemerintah memperbolehkan membuka obyek wisata.

Tidak hanya indah fenomena alam Dieng dipandang, ternyata embun es yang terjadi di dataran tinggi Dieng juga memengaruhi aktivitas pertanian masyarakat, terutama pada tanaman kentang.

“Kalau untuk petani, bila terjadi berulang kali (embun es) akan berpengaruh terhadap tanaman, khususnya kentang,” ucap Penos.

Penggiat wisata ini juga menuturkan, embun es ini bisa menyebabkan gagal panen, dan juga kerugian bagi petani kentang.

Namun, setelah embun es berlalu, tanah justru menjadi lebih subur dan hasil panen berikutnya menjadi lebih baik.

“Kalau keterangan dari petani sendiri, memang ketika terkena embun upas, itu bisa menyebabkan gagal panen. Tapi pasca-itu, mereka mendapatkan nilai lebih. Panen berikutnya biasanya melipat,” paparnya.

Senada, Kades Dieng Wetan juga mengunkapkan setelah terserang embun upas, masa panenan kentang berikutnya bisa berlipat.

Hal itu disebabkan bakteri dan hama penyerang kentang ikut mati akibat dinginnya embun es.

Dalam kondisi normal, kentang yang dapat dipanen berkisar 12-15 ton per hektar.

“Embun upas juga membunuh organisme tanaman pengganggu dan ulat kentang sehingga tanah makin subur dan hasil panen berikutnya bisa berlipat,” kata Mardi yang juga sebagai petani kentang.

Hal serupa juga disampaikan petani kentang asal Dieng, Ia memilih membiarkan ladangnya begitu saja sambil menunggu serangan embun upas selesai, sembari mencari nafkah dengan berjualan minuman dan makanan ringan di kompleks Candi Arjuna.

”Ini proses sterilisasi alam karena hama seperti lalat dan jamur ikut mati. Yang penting sabar saja,” imbuh Umar. ***