MANGGARAI BARAT, metro7.co.id – Untuk apa pergi jauh-jauh kalau hanya mendapatkan sayur non organik. Pusat sayur organik segar dan sehat ternyata ada di Roe, Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Bukan cuma itu, suasana pedesaan didekorasi bentangan alam pegunungan Mbeliling, tersedia lengkap di sana. Sangat cocok bagi Anda yang suka berpetualang. Sekali kunjung, Anda mendapatkan dua produk pengalaman. Sayur organik dan panorama alami bebas biaya.

Lokasi itu adalah lumbung sayur organik produksi dua kelompok tani (poktan) “Harapan Jaya” dan “Ca Nai”. Dua poktan ini menyediakan berbagai jenis sayur organik untuk memenuhi ekspektasi konsumen.

Dekat dengan kota Labuan Bajo. Dari Labuan Bajo menyusuri ruas jalan raya Trans Flores. Cuma 30 menit perjalanan dengan kendaraan roda empat/dua, Anda tiba di KM.30 sebelum memasuki Kampung Roe. Anda belok kiri melintasi jalan tani sekira 500 meter sampai di hamparan sayur organik seluas dua hektar.

Setelah melewati tiga rumah warga, Anda langsung terpana memandang hamparan sayur organik nan hijau permai sejauh mata memandang. Anda dijamin terpesona saat berada di antara bedengan sayur hijau yang tertata rapi.

Di kiri dan kanan jalan tani itu, tampak ibu-ibu dan bapak-bapak tani bersama anak-anak mereka sedang asyik menyiram sayur menggunakan pipa selang plastik. Tampak dari balik celah pepohonan cengkeh yang memerah di tengah hamparan sayur yang bertumbuh subur menghijau itu, ibu-ibu tani sedang giat menghamburkan lahan mereka.

Panorama senja itu makin menarik saat Anda menghirup udara segar dan sejuk sambil menatap sunset pegunungan yang mulai beringsut ke barat. Anda mendapatkan panorama alami secara gratis. Pengalaman nostalgia Anda serasa hadir kembali saat berada di sana.

Bermula dari penasaran dengan Simantri. Media ini kemudian mengendus jajak Simantri ini ke kebun petani sayur organik di Roe Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling, Rabu (26/8/2020).

Secara kebetulan, pada saat yang sama, sejumlah pendamping program
sistem manajemen pertanian terintegrasi (simantri) dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat, juga hadir lebih awal di lokasi tersebut.

Tak ingin membuang kesempatan, Metro7.co.id membuka percakapan dengan ketiga narasumber, Kepala Seksi Buah-buahan Bidang Hortikultura, Yanuarius Mastabur, dan Kasubag Penyusunan Program dan Keuangan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat, Katarina F.Jun serta Ketua Poktan Harapan Jaya, Fransiskus Din.

Dalam percakapan di tengah hamparan sayur organij nan hijau itu, media ini mendapatkan banyak informasi menarik terkait geliat sayur organik yang kini tengah dikebut di lokasi itu.

Yanuarius Mastabur, menjelaskan tentang program sistem manajemen pertanian terintegrasi (simantri) yang dicanangkan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat, Anggalinus Gapul.

“Kerangka dasar pemikiran hingga simantri dilaunching adalah bahwa permintaan pasar akan sayur-mayur sangat tinggi, baik kebutuhan rumah tangga, rumah makan hingga hotel-hotel berbintang,” ujar Yani, demikian ia akrab disapa.

Kata Yani itu bisa dilihat dari besarnya pasokan sayur-mayur lintas kabupaten dan provinsi lain untuk memenuhi kebutuhan kota Labuan Bajo. Padahal, potensi sumber daya alam Kabupaten Manggarai Barat sangat melimpah dan mayoritas masyarakatnya bercocok tanam hortikultura.

Dasar pemikiran itulah Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat meluncurkan Program Simantri pada tahun 2020.

Ada tiga kawasan yang menjadi sasaran program simantri dikembangkan, yakni di Nggorang, Kecamatan Komodo, Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling dan Krcamatan Lembor.

Kasubag Penyusunan Program dan Keuangan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat, Katarina F.Jun menerangkan pagu anggaran yang digelontorkan untuk pengembangan program tersebut senilai Rp 1 Miliar kurang lebih. Dana yang bersumber dari APBD II Kabupaten Mabar digunakan untuk memuluskan program simantri di tiga Kecamatan tersebut.

Namun dalam perjalanan, implementasi program ini terbentur pandemi covid-19 hingga berdampak pada pengurangan sejumlah item dan biaya kegiatan, termasuk konsep membangun green house di lokasi kelompok tani sayur di Desa Cunca Lolos.

“Green house itu semacam tempat/kebun sayur di area tertutup. Konsep Itu belum terwujud karena anggarannya dipangkas saat melakukan rasionalisasi anggaran untuk penanganan covid-19 di Kabupaten Mabar,”terang Katarina. *** Bersambung.