MANGGARAI BARAT, metro7.co.id – Para petani nanas di Desa Golo Damu menjerit soal harga. Penyebabnya, bila musim hujan, penawaran tinggi, permintaan rendah. Buah nanas melimpah, harga melumpuh. Sebaliknya musim kemarau, permintaan banyak, harga menjanjikan tetapi stok terbatas. Para petani nanas yakin, solusi terbaik masalah tersebut adalah pengadaan sumur bor dan pelatihan. Pendampingan para petani sangat dibutuhkan dan perlu dilakukan. Berikut liputannya.

Harga anjlok membuat para petani nanas di Desa Golo Damu hanya tepekur dalam diam. Mereka mengaku merugi sejak pandemi covid-19 mengguncang dunia.

Dampak buruk virus maut itu bagi petani adalah anjloknya harga komoditas andalan mereka. Buah nanas produksi petani di Kampung Ndole, Desa Golo Damu, misalnya, membusuk lantaran sepi pembeli.

Menurunnya permintaan pasar akan buah-buahan milik petani karena arus kunjungan para wisatan mancanegara lumpuh total. Hotel-hotel yang ada di kota Labuan Bajo juga sepi.

Minggu (18/10/2020), hujan lebat mengguyur alam Desa Golo Damu Kecamatan Mbeliling Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

Sepeda motor yang kami kendarai terseok-seok ketika menyusuri jalan aspal bopeng berlumpur menuju Desa Golo Damu. Kelelahan sepanjang perjalanan dari Kota Labuan Bajo selama satu jam terbayar tuntas saat menikmati hamparan perkebunan nanas yang membentang sejauh mata memandang.

Jejak petualang akhir pekan ini menyasar sentra produksi nanas nomor satu di Kabupaten Super Premium, yakni Desa Golo Damu. Fokus bidik kami langsung menyasar kebun petani nanas di desa itu.

Titik bidik kami adalah juragan nanas Belasius Agen (65), Gabariel Geo(50) dan Viktor Adan (49) warga RT 003/RW 002 Dusun Ndole Desa Golo Damu. Ketiga juragan nanas di Kampung Ndole adalah petani yang tekun bekerja.

Belasius Agen (65) mulai merintis usaha nanas sejak 18 tahun silam. Kini, ayah lima anak itu memiliki 10.000 pohon nanas di atas lahan seluas dua hektar.

Dua juragan nanas lainnya, Gaba Geo dan Viktor Adan berkebun di kawasan Puncak Eltari-Puarlolo, tepi jalan Trans Flores, KM 33 dari Kota Labuan Bajo.

Ditemui terpisah, Minggu (18/10/2020) petang, ketiga juragan nanas mengaku merugi sejak pandemi covid-19 mengamuk. Mereka menderita kerugian karena harga anjlok.

Bersamaan dengan musim hujan tiba, buah nanas di kebun mereka sangat melimpah. Namun sayang, harga menurun drastis.

Belasius Agen mengatakan, harga nanas saat musim hujan ini hanya Rp 10 ribu per buah. Kadang juga kalau jual di Pasar Labuan Bajo, dua buah nanas dijual Rp 15 ribu. Sekali dalam seminggu, Dia bawa 50 buah nanas matang ke Labuan Bajo. Kadang juga dua kali seminggu.

“Saat musim hujan begini, kami petik nanas yang matang kasih babi saja karena buah nanas sangat melimpah,” ujar suami dari Agnes Halum, Guru PNS yang mengabdi di SDK Waemasa.

Kondisi ini, kata Dia, berbeda saat musim kemarau. Buah sedikit tapi pembeli banyak. Harganya pun sangat menjanjikan kesejahteraan petani nanas.

“Kalau musim kemarau, harga nanas berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per buah. Saya punya langganan di Labuan Bajo. Ada juga pembeli yang datang langsung di kebun,” ujar Belasius.

Jeritan senada diungkapkan Gaba Geo dan Viktor Adan (49).

Viktor Adan mengisahkan awal usahanya menanam nanas sejak tahun 1994. Kala itu. Dia menanam anakan nanas sebanyak 270 pohon. Anakan nenas diambil di Mano, Kabupaten Manggarai Timur.

Kini, suami Rosalia Rosni itu sedang merawat 10 ribu pohon nanas di lahan seluas dua hektar.

“Saat musim hujan ini, sekali dalam seminggu, saya bawa nenas 200 buah ke Labuan Bajo. Kadang juga dua kali seminggu. Harga sangat mengecewakan, Rp 10 ribu, ada juga Rp 5 ribu per buah”, tutur ayah tiga anak itu.

Seperti dituturkan Belasius Agen, juragan nanas Puarlolo ini juga mengaku hasil panennya menjanjikan ketika musim kemarau. Harga nanas berkisar Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per buah.

“Berbeda kalau musim kemarau. Tiap minggu panen. Jual di tempat. Orang datang beli di kebun. Ada langganan yang datang di kebun. Pendapatan per minggu rata-rata dua juta rupiah. Hanya saja, buah nanas saat musim kemarau sedikit. Pembelinya banyak,” ujar Viktor Adan.

 

Butuh Sumur Bor

Belasius Agen optimis. Jika ada sumur bor di kebun para petani nanas, hasil panen musim kemarau pasti melimpah. Nanas Golo Damu, kata Dia, mampu memenuhi permintaan Nanas di hotel-hotel yang ada di Labuan Bajo.

“Menurut pengalaman kami petani, tanaman nanas ini butuh air saat musim kemarau. Jika musim kemarau, ada turun sekali saja dalam seminggu, nanas berbuah lebat. Karena itu, kami sangat butuh sumur bor untuk menyiram tanaman nanas,” ujar Belasius Agen.

 

Butuh Pelatihan bagi Petani Nenas

Viktor Adan juga demikian. Dia memastikan petani nanas di Desa Golo Damu dapat menciptakan lapangan kerja baru jika ada sumur bor di lahan petani nanas.

Selain itu, Viktor berharap pemerintah memberikan pelatihan kepada pata petani nanas terkait cara pengolahan buah nanas menjadi selai nanas dan lain-lain. Dengan demikian, buah nanas yang melimpah di musim hujan tidak terbuang percuma.

“Kami berharap pemerintah memberikan pelatihan bagi petani nanas agar kami tidak hanya menjual nanas mentah, tetapi juga bisa mengolah nanas jadi selai. Tentu harganya lebih mahal dan membantu petani,” ujarnya. *