LABUAN BAJO, metro7.co.id – Pada 2019, Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DKNI) menargetkan 75% inklusi keuangan. Namun, hingga saat ini target itu baru tercapai hanya 49%. Saat Ini Inklusi keuangan menyasar masyarakat yang berada di piramida ekonomi terbawah melalui fintech. Hadirnya finansial teknologi (fintech) diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk membantu mencapai target inklusi keuangan tersebut.

Upaya konsisten untuk mendorong inklusi keuangan di tengah pandemi global yang saat ini dialami banyak negara termasuk Indonesia. Platform fintech P2P lending terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

PT.Jayindo Fintek Pratama (Solusi Kita) dan PT.Teknologi Indonesia Sentosa (One Hope) menyelenggarakan talk show secara daring melalui aplikasi komunikasi video dengan mahasiswa Politeknik eLBajo Commodus, Sabtu (28/11/2020.

Talkshow ini bertujuan untuk mengenalkan industri fintech peer-to-peer lending serta pemahaman inovasi yang dilakukan fintech untuk tetap mendorong inklusi keuangan selama masa pandemi.

Eric Sugarta, Product Manager Solusi Kita menjelaskan, One hope adalah platform pinjaman peer to peer online PT. Teknologi Indonesia Sentosa yang didirikan dengan komitmen membangun Indonesia dengan masa depan yang lebih baik secara finasial bagi semua orang, terutama pekerja Indonesia dan wanita produktif dengan menyediakan akses cepat, mudah ke permintaan pinjaman dan terjangkau.

“Kami sangat berharap adanya kehadiran industri fintech P2P lending mampu meningkatkan pengetahuan terkait layanan keuangan berbasis digital dan membuka akses finansial serta sumber alternatif modal usaha untuk masyarakat Labuan Bajo”, ujar Eric Sugarta.

Sugarta kemudian memaparkan data terkait bisnis pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending yang telah diterima Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mencapai Rp 128,7 triliun hingga kuartal III 2020.

“Nilai itu tumbuh dari posisi tahun lalu hanya Rp 44,8 triliun. Hal ini membuktikan bahwa industri P2P lending turut mendorong dan menggerakkan perekonomian negara seiring dengan pertumbuhannya yang signifikan”, ujarnya.

Kenaikan pesat penyaluran pinjaman P2P lending ini tak lepas dari peningkatan jumlah akun peminjam (borrower) dan pemberi pinjaman (lender), dengan pengguna aktif rentang usia produktif 19-34 tahun.

Kata dia, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berharap stakeholders terkait mampu menjaga tren pertumbuhan positif ini. Dengan demikian, industri fintech P2P lending ke depan terus bisa berinovasi dalam memberikan layanan keuangan terhadap masyarakat.

Project Manager One Hope, Fretzen Louei kepada Metro7.co.id menambahkan, edukasi daring ini diharapkan masyarakat Labuan Bajo dapat memanfaatkan layanan produk P2P lending untuk kebutuhan dalam menghadapi masa pandemi. Dia juga mengingatkan agar tetap waspada terhadap fintech ilegal.

Talkshow yang dihadiri ratusan mahasiswa Politeknik eLBajo Commodus ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat antusisas menyambut positif kehadiran berbagai inovasi produk dalam bidang keuangan digital untuk memenuhi kebutuhan di tengah masa pandemi serta mencapai target inklusi keuangan.*