POLEWALI, metro7.co.id – Gempa Bumi berkekuatan 6,2 magnitudo yang mengguncang Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju Jumat (15/01) lalu, membuat sebagian gedung Madrasah di beberapa wilayah dilaporkan mengalami kerusakan.

Salah satunya di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, dilaporkan sedikitnya ada 19 Madrasah yang rusak akibat gempa bumi.

Laporan tersebut tertuang dalam lampiran surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Barat, tentang sarana dan prasarana terdampak bencana di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat yang diterima wartawan merinci.

Dalam lampiran surat keputusan tersebut, tercantum nama empat madrasah di Kabupaten Polewali Mandar rusak berat. Tiga RKB (ruang kelas belajar) roboh. Empat madrasah dimaksud, yaitu MTs Darul Mahfudz di Jalan Mara’diyah Tokape, No.101 Lekopadis, Kecamatan Limboro, dan MTs Nurul Yusra, Jalan Poros Pandewulawan, Kecamatan Balanipa. Dua lainnya di Kecamatan Limboro, yaitu MTs Maarif dan MA Mahfudz Assiddiqy, yang berada dalam satu lokasi di Jalan Poros Kamba Jawa, Kecamatan Limboro.

Berdasarkan pantauan wartawan, tidak ditemukan kerusakan bangunan roboh pada MTs Darul Mahfudz, Lekopadis. Bahkan, bangunan MTs bertingkat tiga itu terlihat kokoh tanpa kerusakan sedikitpun. Beberapa bangunan lain dalam komplek madrasah tersebut, sedang dalam proses pengerjaan.

Kondisi serupa terlihat pada MTs Maarif dan MA Mahfudz Assiddiqy yang lokasinya berhadapan dengan kantor Camat Limboro. Terlihat beberapa bagian bangunan terjadi kerusakan, seperti dinding tembok retak dan plafon berjatuhan.

Camat Limboro Haidir Jamal menyebut, kerusakan bangunan Madrasah tersebut, bukan karena gempa berkekuatan 6,2 Magnitudo beberapa waktu lalu. “Kalau retak di sekitar sini, itu terjadi sebelum gempa. Termasuk kantor saya (kantor camat) rusak dan retak-retak, terjadi sebelum gempa,“ kata Haidir kepada wartawan melalui pesan kepada wartawan, Minggu kemarin (14/03/2021).

Ia mengungkapkan, kerusakan pada bangunan Madrasah di depan kantornya dan bangunan lain di sekitarnya, akibat struktur tanah yang labil di wilayah tersebut. “Bangunan sekolah (madrasah), kantor camat, kantor PLKB, semua ada retak seperti ini, karena struktur tanah kantor labil, Termasuk jalan depan kantor camat dan dpn sekolah agak turun,“ ujar Haidir menambahkan.

Terpisah, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Barat, DR H Muhammad Dinar Faizal menegaskan, data yang beredar terkait jumlah dan kondisi madrasah bukan berasal dari pihaknya.

“Untuk sementara saya masih mempelajari, dan saya berani mengatakan itu sumbernya bukan dari kami. Persoalan valid bagaimana, sesuai dengan kondisi lapangan yang kita lihat, seperti apa keterangan dalam data itu dengan kenyataan, tentu kita sudah dapat mengevaluasi tingkat validasi data itu, “ jelasnya kepada wartawan.

Namun, Dinar tidak menampik adanya laporan beberapa bangunan madrasah yang ambruk terdampak gempa, tapi bukan di Kabupaten Polewali Mandar. “Kalau bangunan yang ambruk memang ada beberapa, pada tempat-tempat tertentu seperti di Mamuju,” katanya.

Ia menyatakan, memeroleh informasi mengenai hal itu, namun tidak atau belum melihat langsung, terjadi di daerah pegunungan pada titik koordinat terjadinya gempa bumi.
Dinar menegaskan, bahwa di Kabupaten Polman tidak ada bangunan madrasah yang roboh (ambruk) akibat gempa Majene-Mamuju, pertengahan Januari lalu.

“Kalau dibilang ambruk karena gempa Mamuju – Majene, itu tidak ada,“ tegasnya.

Menurut Dinar, diperlukan sinkronisasi data madrasah terdampak gempa dan yang akan dialihkan untuk mendapat bantuan dari lembaga dunia, World Bank.

“Perlu ada sinkronisasi data, antara data madrasah yang terdampak gempa, dengan pendataan madrasah swasta, persiapan untuk kita alihkan ke direktorat dalam rangka kerjasama dengan lembaga bank dunia, untuk bantuan terhadap madrasah – madrasah swasta, yang kurang lebih empat tahun ini tidak pernah mendapatkan bantuan,“ tutupnya.