NIAS SELATAN, metro7.co.id – Terkait tradisi/adat istiadat pemotongan leher ayam yang sempat viral, di medsos, masyarakat Kecamatan Boronadu, Kabupaten Nias Selatan menolak penghinaan yang di sebarluaskan di medsos hingga mendatangin Polres Nias Selata Turut dihadiri oleh tokoh adat, tokoh pemuda. Selasa, (20/10/2020).

Tujuan kedatangan mereka yakni, untuk melaporkan salah satu Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Nias Selatan periode 2021-2024 yang diduga melakukan penghinaan adat mereka.

Tokoh masyarakat Desa Sifalago Kecamatan Boronadu juga sebagai pelapor, Bowoziduhu Sadawa Kepada wartawan usai membuat laporan di Polres Nias Selatan, mengatakan, dia melaporkan salah satu pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Nias Selatan terkait pernyataannya saat debat Paslon beberapa waktu lalu. Dimana, salah satu Paslon menyinggung soal pemotongan leher ayam, seakan-akan adat masyarakat Kecamatan Boronadu menyembah berhala.

Dia menjelaskan, pada saat pengukuhan Tim Pasangan nomor urut 1 HD-Firman di Kecamatan Boronadu, dimana saat itu dihadiri semua tokoh se-Kecamatan Boronadu dan sepakat mendukung pasangan HD-Firman. Karena, Firman Giawa, juga sebagai Calon Wakil Bupati pasangan Hilarius Duha merupakan putra daerah kecamatan Boronadu. “Maka, sepakat untuk mengingatkan budaya leluhur, dan setiap ada kesepakatan, dilakukan pemotongan leher ayam,” ujarnya.

Tujuan pemotongan leher ayam tersebut, sambung dia, agar setiap masyarakat yang membelot dan ingkar janji dari apa yang telah disepakati, mengalami teguran. Karena itu, adalah adat leluhur desa Sifalago Gomo Kecamatan Boronadu.

Namun seketika juga Wartawan Koran Metro7 mengkonfirmasi kepada calon Bupati yang berinisial id, maka ia mengatakan bahwa ianya bukan menghina budaya yang dilakukan di Kecamatan Berenadu akan tetapi meminta penjelasan Kepada calo Paslon hd-f bahwa kenapa menyumpahi seluruh orang di Pulau Nias jika tidak memilih pasangan HDF maka menerima akibatnya.

Dia mengingatkan bahwa budaya pemotongan leher ayam, memang itu sudah budaya namun dalam hal ini tak perlu menyumpahi orang. “Karena jangan kita jadikan masyarakat Nias Selatan jadi korban politik,” katanya.

Dalam hal ini diminta kepada pihak penegak hukum kiranya mengklarifikasi kesalahpahaman bahasa yang sedang viral di medsos. ***