GUNUNGSITOLI, metro7.co.id – Unjuk rasa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berakhir ricuh. Beberapa mahasiswa mengalami luka-luka akibat kena pukulan saat melakukan aksi di depan kantor Dinas Kesehatan Kabupaten, Jalan Kartini Kota Gunungsitoli, Selasa (3/11/2020).

Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kericuhan itu, namun dari video yang sudah viral di media sosial tampak personil kepolisian yang turut mengamankan jalannya aksi, tiba-tiba mengejar dan berusaha menangkap mahasiswa.

Tampak juga di dalam video, salah seorang pendemo yang tertangkap oleh petugas setelah jatuh di aspal lalu dipukuli beberapa oknum polisi.

Aksi kekerasan yang dilakukan oknum kepolisian itu, mendapat kecaman dari berbagai netizen. Salah satunya akun facebook Herman Jaya Harefa yang turut memposting video itu, menulis, “Sungguh, saya suka gaya oknum anggota polri yang satu ini, pintar memukul… seperti di film-film bioskop itu, cocok untuk tanding di MMA untuk lawan #Khabib_Nurmagomedov. Saya punya usul, rame-rame kita usulkan kenaikan pangkatnya ke pak Kapolri melalui pak Kapolres Nias dan Pak Kapolda Sumut. Colek abangku Hinca IP Pandjaitan, Hinca IP Pandjaitan, tolong di bantu sampaikan usul kami ke pak Kapolri untuk kenaikan pangkat oknum personil Polres Nias ini bang.”

Di akun facebook Trimen Harefa menulis, “Tidak mudah membangun citra baik POLRI, sangat disayangkan kembali dinodai oleh emosi lepas kendali”.

Kita semua tidak membenarkan kekerasan oleh aparat. Ketegasan dan kebijaksanaan Kapolres Nias selaku pimpinan Polri di daerah dan mitra sejajar kita semua menunggu. Harap semua kalangan dan aktifis untuk menahan diri dan berkenan membuka ruang dialog dengan Kapolres Nias beserta jajaran.

Dugaan Kekerasan oleh Aparat kepada Mahasiswa yang melakukan Aksi Damai di Dinkes Kabupaten Nias, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia”.

Sementara itu ketua GMNI Cabang Gunungsitoli-Nias Joko Puriyanto Mendrofa mengungkapkan paling sedikit ada dua orang mahasiswa yang mengalami kekerasan fisik dari oknum kepolisian pada peristiwa itu.

“Ada dua orang korban, satu orang cewek dan satunya cowok. Lukanya akibat kena pukul, cukup serius luka diplipis dan matanya lebam. Kami tak tau apa alasan Polisi melakukan tindakan brutal itu, saat berlangsung demo, tiba-tiba dari belakang muncul oknum polisi menangkap kawan-kawan,” ungkap Joko.

Joko menyebutkan dalam melakukan aksi itu, ada 4 lokasi tempat dilakukan unjuk rasa yakni RSUD Gunungsitoli, Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, DPRD Kabupaten Nias dan kantor Bupati Nias.

“Kami menilai pelayanan Kesehatan di RSUD Gunungsitoli terhadap pasien tidak sesuai dengan amanat undang-undang 1945, serta cita cita luhur bangsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tupoksinya, maka GMNI menyampaikan sikap,” ungkapnya.

Dalam orasinya, mahasiswa meminta kepada DPRD Kabupaten Nias untuk membentuk pansus pengawasan anggaran Covid-19 yang melibatkan elemen masyarakat dan pemuda, dan memberikan ruang dengar pendapat (RDP) kepada masyarakat terhadap setiap keluhan terkait pasien Pandemi Covid 19.

Kemudian mahasiswa juga mendesak pemerintah agar mencopot di direktur RSUD Gunungsitoli, serta memberikan pertanggungjawaban terhadap realisasi covid 19, dan bersedia memberikan penjelasan terkait informasi di RSUD Gunung Sitoli.