TANJUNGBALAI, metro7.co.id – Kelenteng Liong Shan Toa merupakan tempat beribadah Umat Tionghoa Yang berasal dari kepercayaan Agama Konghucu.

Kelenteng ini berlokasi di Jalan M. Nawi Harahap, Kelurahan Pantai Burung, Kecamatan Tanjungbalai Selatan, Kota Tanjungbalai, Sumatera utara.

Senin, (17/10) jam 09.00, tampak puluhan Umat Tionghoa berkumpul di Kelenteng Liong Shan Toa Kota Tanjungbalai untuk mengikuti Acara Peresmian Kelenteng Liong Shan Toa yang telah di renovasi serta di lestarikan, yang mana untuk mengenang Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat.

Kegiatan berlangsung dengan menggelar sembahyang dan acara berdoa bersama agar masyarakat diberikan berkah, rezeki dan kesehatan.

Sunarto / Chen Li (35), Selaku Pengurus Kelenteng Liong Shan Toa kepada wartawan, berterima kasih kepada warga Tionghoa yang hadir dan membantu dalam acara peresmian kelenteng ini, serta tidak lupa dengan jasa Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat semasa hidupnya.

“Yang mana kita ketahui, Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat banyak membantu dan mengobati Umat Tionghoa tanpa pamrih,” katanya.

Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat Lahir di Kota Bagan Siapi – api, Tanah Putih, berasal dari keluarga kurang mampu, mempuyai 1 kakak perempuan dan 3 laki- laki bersaudara. Pada saat umur 12 tahun Ayah mereka telah meninggal dunia, disaat hidup mereka serba kekurangan, membuat Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat harus berkerja keras untuk membiayai hidupnya beserta dengan saudara saudarnya.

Hidup serba kekurangan mengharuskan Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat mengikuti seorang nelayan yang bernama Tjao Ciao untuk ke Laut.

Pada saat di laut, tepatnya jam 00.30 dia didatangi dewa tengah malam, yang mana Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat tidak tahu dewa apa yang telah mendatanginya. Karena berkarakter kikir, dia tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya karena tidak percaya adanya hantu dan dewa di dunia ini.

Dia kembali dibisikkan oleh dewa yang telah mendatanginya, dewa tersebut berpesan kepada Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat untuk membantu acara di sebuah kelenteng di Kota Bagan Siapi – api penanggalan cina 8 gue 24.

Sontak membuat Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat terbangun dari mimpinya, dan menceritakan kepada Tjao Ciao, bahwa dia telah di datangi hantu berjanggut merah dan bermuka biru.
Tjao Ciao memberitahu kepada Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat ini adalah hal baik, “nanti setelah kita kembali kedaratan, pulanglah untuk membantu acara kelenteng tersebut pada tanggal yang telah di bisikan dewa yang mendataginya,” katanya.

Tiba pada penanggalan cina 8 gue 24 jam 15.00, tiba – tiba Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat kerasukan di kelenteng yang tengah mengadakan acara teresebut. Disaat kerasukan, beberapa jiwa ingin memakai / meminjan raganya seperti, Dewa Ku Ong Ya, Siong Tek Kong, Pho Am, Khu Hu Ong Ya, Kwan Tek Kong.

Tetapi dewa Khu Ong Ya lebih memilihnya, karena dewa Khu Ong Ya telah lama mengikuti jejak Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat sejak kecil.

Sebenarnya, ia bernasib umur pendek, banyak kejadian yang dilewati mengancam nyawanya selama hidup, namum ia dilindungi dan di jaga dewa khu ong ya.

Di usia 15 tahun, Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat ada seorang Tatung / Suhu perempuan yang menjamin kepada Dewa Khu Ong Ya, bahwa ia akan menjaga raga Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat sampai dewasa nanti dan tidak akan membiarkan di ambil alih oleh Dewa lain.
Saat umur 19 tahun, Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat Syah di resmikan menjadi seorang Tatung / Suhu oleh dewa Kui Thien Niu Niu. Seorang Tatung / Suhu Perempuan berumur 60 Tahun di kelenteng Po Ling King Kota Bagan Siapi – api.

Disinilah awal dimulainya Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat menjadi seorang Tatung / Suhu di kelenteng Po Lin King, banyak umat tionghoa yang telah di tangani dalam segi Pengobatan Tradisional, Kebatinan dan Supranatural, hingga ia dikenal di Kota Bagan Siapi – api.

Merasa ingin berdiri sendiri, beliau meminta izin untuk meninggalkan Kelenteng Po Ling King dan memulai membuka Kelenteng kecil di rumah sendiri di jalan Perniaga Kota Bagan Siapi – api.

Hingga menginjak umur 45 Tahun ia pindah ke Kota Tanjungbalai, dimulai dengan usaha kedai kecil seperti jajanan, rokok, dan lotre di jalan Asahan Kota tanjungbalai.

Kemudian, Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat mencoba untuk membuka sebuah kelenteng pertama nya di Jln. Julius Kota Tanjungbalai, suka duka yang dilewati, di ganggu preman, ormas yang selalu memeras dan meminta uang kepada beliau. Selama 5 Tahun perjalanan, kerja keras, usaha keras dan selalu menolong Umat Tiong Hoa yang mencarinya membuat beliau dikenal di Kota tanjungbalai akan pengobatannya.

Lalu Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat pindah ke Jln.. Tugu No. 15, menjalani hidup selama 20 tahun disana dan kembali berpindah ke Jln. N. Nawi Harahap No. 11 A pada tahun 2012 selama 7 Tahun, hingga berusia 72 Tahun.

Menginjak umur 72 Tahun, kondisi Tua dan Sakit sakitan melanda, tepatnya diumur 73 Tahun tgl 17-07-2017 ia menghembuskan nafas terakhir, 9 hari setelah perayaaan HUT Dewa Khu Ong Ya.

Semasa hidupnya, Tatung / Suhu Atat / Shua Te Tat mempunyai 2 Anak Kandung yakni, Naga / Hong Hin, Sunarto / Chen Lie, dan Anak Angkat yakni, Edy, Henny, Rudy.

Struktur Anggota Kelenteng Liong Shan Toa 2022. Pengurus Kelenteng : Sunarto / Chen Lie Anggota : Chen Ik, Chun Che, Ayang, Vincent, Rapit, Andy B.Mestika, Fina, Ahen, Sinaga, Meryawaty. ***