Barabai — Puskesmas Barabai yang melanyani rata-rata 150 pasien setiap hari, tetap menjalankan pelayanan seperti sebelum PT Askes Cabang Barabai bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Pasien tetap datang kendati ada yang kebingungan. Petugas kadang menghadapi pasien yang datang dari peserta eks Askes. “Kami ini butuh back up data pasien atau program software data. Mana diantara mereka yang merupakan peserta BPJS dan bukan, kan kami tidak tahu dokter keluarga mereka,” kata Kepala Puskesmas Barabai Aang I, baru-baru tadi.
Dari jumlah pasien yang hadir di Puskesmas, tetap banyak pasien BPJS Kesehatan yang berobat. Kendati 75 persen Jamkesda. Tapi sisanya adalah pasien dari eks Akses, jamkesmas, dan umum.
Butuh kejujuran pasien untuk memberikan informasi tersebut. Pasalnya, kartu di Askes kadang tidak mencantumkan nama dokter keluarga. “Sambil jalan pelayanan tetap normal, ada masalah administrasi harus dibicarakan dengan pasien dan petugas serta dokternya, kami siap terus menerima pasien,” ujarnya.
Software itu dinilainya sangat penting sebagai acuan puskesmas menerima pasien BPJS Kesehatan. Terkait Formularium Nasional (Fornas) atau daftar obat BPJS. Ia telah menyiapkan berdasarkan kebutuhan terbanyak tahun sebelumnya. Khusus di puskesmasnya, disusun 20 obat berdasarkan penyakit terbanyak tahun lewat. Itu hasil dari tim perencanaan obat seperti dokter, apotiker, dan laboratorium.
Seperti diketahui, sebanyak 440.288 adalah peserta BPJS Kesehatan se-Banua Anam. Mereka berasal dari Askes sosial, TNI/Polri, dan Jamsostek. Khusus Banua Anam, ditopang 149 fasilitas kesehatan. Diantaranya, 7 rumah sakit, 92 Puseskmas, 28 dokter keluarga, 6 apotek, 12 optik, dan empat laboratorium swasta. Saat ini, Rumah Sakit H Hasan Basri Kandangan jadi satu-satunya yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan regional wilayah kerja Banua Anam. AdvHumHST