TAMIANG LAYANG, metro7.co.id  – Adanya keluhan masyarakat kepada perusahaan batu bara PT. Sentosa Laju Sejahtera (SLS) terkait masalah penerimaan karyawan lokal baru – baru ini rupanya direspon oleh Ketua Forum pemuda dayak (Fordayak) Bartim, Raffi Hidayatulah S.H.

Menurutnya, perusahaan yang beroperasi di wilayah ini seharusnya memprioritaskan putra putri dari Barito Timur, khususnya diwilayah dimana beroperasinya perusahaan tersebut. Akan tetapi, mereka juga harus mampu memenuhi segala persyaratan yang diminta pihak perusahaan, contohnya harus mempunyai sklil.

“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi perusahaan PT. SLS  berinvestasi di Bartim, bahkan saya mendukung semua perusahaan yang ada di Bartim untuk berinvestasi,” ucap Rafi, Jumat 24 Maret 2023.

Menurut Rafi, sudah seharusnya perusahaan yang berinvestasi disini memberikan dampak positif kepada masyarakat, Contohnya adalah menampung dan mempekerjakan tenaga kerja lokal.

“Namun di sisi lain untuk PT. SLS ini saya melihat masih belum menyempurnakan hal-hal tersebut, karena banyaknya keluhan bahkan aduan masyarakat. Bahkan ada beberapa warga yang mengadu kepada saya selaku ketua organisasi Fordayak Bartim,” ungkap Rafi.

Dirinya mengungkapkan,  kehadiran organisasi Fordayak tentunya memiliki tujuan untuk menjadikan orang dayak maupun putra-putri daerah dapat mendapatkan hak yang sama di tanahnya sendiri.

“Kami bergerak untuk tujuan khusus, di sisi lain di bidang sosial dan budaya dan menjaga harkat dan martabat Pemuda Dayak, serta memperjuangkan kepentingan masyarakat dari sisi bidang politik, ekonomi, sosial, adat budaya dan hukum,” jelas Rafi.

Ditambahkannya, dirinya secara pribadi  maupun organisasi ini tidak memiliki kepentingan dengan PT. SLS. Namun karena  banyaknya keluhan masyarakat membuat dirinya prihatin.

Rafi menduga pihak perusahan itu tidak sampai 25 persen merekrut karyawan dari ring terdekat mereka beroperasi.

“Saya lihat dan ketahui mereka memang merekrut sebagian karyawan putra daerah Bartim, namun untuk daerah yang mereka tambang ataupun ring terdekat tempat mereka beroperasi, saya yakin tidak sampai 25%,” tutur Rafi.

Menyikapi hal itu, Rafi meminta dan berharap kepada perusahaan agar mencari solusi untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat baik secara pekerjaan ataupun  yang bisa dikerjakan untuk masyarakat lokal.

“Seperti pengelolaan apapun yang berdampak positif atau diadakan pelatihan bagi yang non skill maupun perekrutan karyawan. Beri mereka kesempatan untuk bisa mempunyai pengalaman, kesempatan untuk bisa maju, kesempatan untuk bekerja di tanahnya sendiri,” pinta Rafi.

Dirinya juga mengingatkan bahwa setiap permasalahan harusnya pihak Manajemen perusahaan sebesar PT. SLS dapat membantu menangani dengan bijak dan bermartabat.

“Tapi namun kenapa masih saja banyak yang bersuara seperti tak makan di tanahnya sendiri, apa karena perusahaannya atau manajemennya. Jadi intinya Saya berharap atas nama organisasi, jangan sampai keluhan-keluhan seperti ini bahkan komentar masyarakat dalam hal menyampaikan kekecewaan terhadap perusahaan PT. SLS ini dapat berdampak negatif bagi perusahaan,” tegas Rafi.

Apabila hal itu berlarut larut, jelas Rafi, tentu bisa saja dapat menimbulkan, (Devide et impera).

“Sehingga membuat perusahaan itu sendiri tidak dapat beroperasi akibat permasalahan yang semestinya bisa diselesaikan secara beradat dan bermartabat,” pungkasnya. ***