BARABAI, metro7.co.id – Balai Bahasa Kalsel bekerja sama dengan Pemkab HST menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun Pemakaian Bahasa Media Massa, di Aula Dinas Pendidikan Kamis (24/9).

Kegiatan dibuka Wakil Bupati HST Berry Nahdian Forqan, diikuti para peserta dan para guru yang mengelola mading, media cetak di sekolah masing-masing di wilayah Kabupaten HST.

Wabup berharap, kita semua dapat menemukan akar masalah persoalan pendidikan di Kabupaten HST dan membuat alternatif solusi berbagai masalah mutu yang juga menjadi masalah kita semua.

“Jika memungkinkan, melalui kegiatan ini lahir kerjasama untuk memenuhi standar mutu yang belum dicapai dan kewenangan akan memperkuat upaya sekolah dalam memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada seluruh peserta didik,” harapnya.

Seiring perjalanan waktu, media massa telah berkembang menjadi lebih baik lewat penggunaan bahasa Indonesia yang baku.

Tentunya harus ditingkatkan menjadi lebih baik lagi ke depannya sehingga tulisannya mudah dipahami dan masyarakat bisa mengikuti.

Adanya kerjasama dari semua stakeholder, ucap Berry, agar kedepannya berkontribusi pada setiap program untuk peningkatan mutu pendidikan dapat berjalan dengan baik.

“Lewat diskusi ini saya harapkan kita dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut,” pungkasnya.

Kepala Balai Bahasa Kalsel, Muhammad Luthfi Baihaqi menambahkan, berkembangnya zaman dari waktu ke waktu telah membuat media massa menjadi rujukan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Penggunaan tata bahasa Indonesia dari berbagai media cetak, elektronik maupun online, sebutnya, sepatutnya dapat memartabatkan bahasa negara.

“Karena media massa di samping menyampaikan informasi terkait dengan substansi, bahasa yang digunakan juga harus teratur, benar, dan baku sesuai kaidah tata bahasa,” ucapnya.

Diutarakan Luthfi pihaknya telah melakukan penelitian guna mengkaji pemakaian bahasa di media massa.

Dari hasil kajian itu, sebutnya lagi, Balai Bahasa Kalsel mendapati beberapa aspek kesalahan dalam berita-berita yang diterbitkan media massa seperti kaidah ejaan, pembentukan kata, pilihan kata, penyusunan kalimat dan lain sebagainya.

“Kesalahan yang paling dominan terjadi yaitu penyusunan kalimat dan penggunaan ejaan. Kadang kalau menulis kalimat kita tidak sadar kalau itu tidak bersubyek dan terlalu bertele-tela,” ucapnya.

Kegiatan Diskusi ini dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 24 – 25 September 2020 dengan peserta berjumlah 30 orang dari guru SMP dan SMA. *