KOTABARU, metro7.co.id – Efek dari dilarang pemerintah ekspor minyak sawit mentah atau CPO, pembelian tandan buah segar (TBS) sawit di sejumlah daerah harga TBS petani melorot tak terkecuali di Kotabaru.

Temuan lain menurut pengamatan anggota Dewan Kotabaru memunculkan adanya klaster varian baru untuk pembelian TBS dari pabrik kelapa sawit (PKS), serta dari para pengepul.

“Ini muncul klaster baru atau varian baru seperti Covid-19, yang mematikan petani sawit, yaitu PKS-PKS sudah tidak menerima TBS masyarakat,” kata anggota DPRD Kotabaru, Rabbiansyah, Jumat (14/5/22)

Selebaran sebut dia mulai terlihat dengan pemberitahuan dari pabrik-pabrik penerima TBS masyarakat, bahkan sekelas Pabrik Sinarmas Group, Minamas Group dan Rajawali Group juga sudah menyampaikann informasi terkait mengurangi penerimaan TBS dari masyarakat.

“Kemana mengadu terkait masalah masalah ini,” kata dia

DPRD lanjut dia selaku perwakilan masyarakat khususya Kotabaru serta Pemda Kotabaru juga sudah melakukan tindakan-tindakan yang melindungi segenap masyarakat dengan keterbatasan kewenanganya yang dimiliki.

“Ini masalah nasional, bukan hanya masalah Kotabaru, sehingga kewenanganya juga harus diselesaikan pmerintah pusat,” katanya

Ia menjelaskan Disbun Kalsel juga sudah memanggil perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalsel, dinas-dinas yang membawahi perkebunan kelapa sawit juga sudah dipanggil.

“Jawaban perusahaan tentu sudah bisa ditebak, jika tempat penampungan CPO mereka penuh, karena akibat larangan ekspor bahan baku minyak goreng,” ucap Roby

Jika tempat penampungan CPO penuh maka perusahaan pasti akan stop memerima buah masyarakat dan hanya menerima sawit inti serta sawit mitra perusahaan

“Catatan masyarakat ke depan juga harus bersatu memiliki legalitas bukan maju perindividu serta teraftar,” tegas Roby

Menurut Roby jika sudah demikian yang diutarakan perusahaan tentu di level kabupaten serta provinsi tidak bisa berbuat banyak selain secara tegas meminta gubernur menyurati Presiden Jokowi untuk segera membuka kran ekspor, agar petani sawit tidak mati secara perlahan akibat varian baru.

“Mudah-mudahan kita yang memiliki jabatan di Kotabaru segera singsingkan lengan baju untuk berjuang bersama petani sawit. Yang sudah melaksanakan tugasnya lebih semangat lagi, ini peran kita semua,” tandasnya.