KOTABARU, metro7.co.id – Dalam beberapa hari ini, wilayah Kotabaru diguyur hujan ringan hingga lebat. Menurut BMKG Kotabaru, wilayah Kabupaten Kotabaru sebenarnya memasuki musim kemarau.

“Dalam musim kemarau bukan berarti tidak terjadi hujan. Ketika terjadi hujan dengan frekuensi yang cukup tinggi, biasanya ada anomali cuaca di musim kemarau,” ujar Hamid Humas BMKG, Kotabaru kepada metro7, Rabu (22/6/22).

Dijelaskannya, kondisi hujan yang cukup tinggi pada musim kemarau tidak hanya dipengaruhi La Nina, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh dinamika atmosfer yang tidak stabil.

“Kondisi La Nina akan melemah hingga netral pada periode Juli, Agustus, dan September 2022,” kata Hamid.

Di sisi lain, kata dia Monsun Asia yang membawa uap air basah memperlihatkan kondisi aktif dan diperkirakan masih terjadi sampai dasarian I, Juni 2022.

Dinamika atmosfer yang tidak stabil tersebut diantaranya ; suhu muka laut. Masih hangatnya suhu muka laut di beberapa wilayah Indonesia dibandingkan dengan normalnya, yang ditandai dengan nilai anomali suhu muka laut positif mendukung peningkatan suplai uap air sebagai sumber pembentukan awan-awan hujan.

Selain itu kelembapan udara lapisan atas yang masih tinggi serta pola angin. Dimana pola-pola pusaran angin di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang membentuk daerah konverensi, yang membantu pengangkatan uap air sehingga berpotensi terbentuknya awan hujan yang cukup besar di sekitarnya.

Adanya fenomena dinamika atmosfer yakni
Aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby Ekuatorial, dan Gelombang Kelvin

“Ini adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya,” kata Hamid mengakhiri. ***