Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kalimantan Selatan tahun ini naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Jika selama 2011 hanya ada 363 kasus penderita demam berdarah, pada 2012 hingga bulan Juni saja tercatat ada 658 kasus.
Penderita tersebar di sejumlah kabupaten, di antaranya Hulu Sungai Selatan sebanyak 158 kasus, Hulu Sungai Tengah 75 kasus, Banjar 87 kasus, Tabalong 56 kasus, dan Tanah Laut 35 kasus.
Rosihan Adhani, Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Selasa (5/6/2012), mengingatkan warga agar selalu waspada terhadap penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti ini, karena ujarnya, di Kalsel banyak terdapat daerah rawa dan genangan bekas galian tambang.
“Dari 658 kasus, jumlah penderita meninggal mencapai 13 orang, yakni di Hulu Sungai Tengah sebanyak 5 orang, Banjar dan Banjarmasin masing-masing 3 orang, serta Banjarbaru dan Tabalong masing-masing 1 orang. Tahun lalu hanya ada delapan kematian,” ujarnya.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel sendiri sampai saat ini belum bisa memastikan apakah angka kasus demam berdarah tahun 2012 bisa melampaui tahun 2010. Saat itu terdapat 1.079 kasus dengan kematian mencapai 33 orang.
Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Kalimantan Selatan dinilai masih memerlukan perubahan paradigma.
Strategi penanganan Penyakit DBD sekarang ini lebih banyak intervensi ke manuasianya bukan pada lingkungan, padahal penyebab utama Penyakit Demam berdarah adalah lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia. Kesimpulan itu sempat terungkap dalam seminar penanganan DBD di Kalsel beberapa waktu lalu.
Partisipasi masyarakat untuk pembiayaan kesehatan sudah cukup tinggi mencapai 80 persen (20 persen Pemerintah) tetapi hampir semuanya adalah kuratif (pengobatan) inilah tugas Dinas Kesehatan (Promosi Kesehatan) melakukan advokasi kepada pimpinan daerah dan masyarakat agar partisipasi kuratif berubah ke partisipasi promotif preventif.
Selama tahun 2007 saja, serangan DBD di wilayah Kalsel sudah tercatat 1.288 kasus. Serangan DBD yang kian merebak diduga erat kaitannya dengan perubahan cuaca secara global, dimana musim tak lagi beraturan, termasuk tahun ini musim hujan begitu panjang, dimana seharusnya kemarau tetapi hujan terus-terusan apa yang disebut sebagai kemarau basah. Dengan cuaca demikian maka memberikan peluang kepada nyamuk penyebab DBD untuk bertelur berulang-ulang.
Untuk mengantisipasi merebaknya DBD, pihak-pihak terkait telah pula melakukan tindakan dini berupa fogging (pengasapan), sebelum terjadi penularan. Masyarakat pun diharapkan waspada terhadap jenis penyakit yang dapat menimbulkan kematian bila terlambat penanganannya ini.
Perilaku masyarakat lainnya yang harus dibenahi adalah buang air. Masyarakat dinilai masih sembarangan buang air besar (BAB), misalnya di tempat terbuka. Metro7/LQ