Rantau — Pemerintah Kabupaten Tapin sangat serius ingin melindungi dan menyelamatkan bekantan. Prof Hadi S Alikodra dari IPB bersama timnya melakukan ekpose soal Program Ekowisata bagi penyelamatan bekantan.
Ekspose yang digelar di Aula Kabinet lantai 1 Kantor Bupati Tapin ini dipimpin oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Ir Yunus MM dan dihadiri oleh para kepala SKPD terkait, seperti  Kepala BLH Zain Arifin MM, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Tapin Ir Bastian, Kadispertan Tapin H Masyraniansyah, dan para camat.
Dikatakan Yunus, bekantan yang ada di Tapin ini merupakan bekantan yang sangat langka, dan mungkin cuma ada satu-satunya di dunia. “Bekantan yang ada di Tapin ini sangat unik dan langka, karena ekornya panjang, beda dengan bekantan yang ekornya pendek,” kata Yunus.
Dalam paparannya, Profesor Hadi S Alikodra mengatakan pihaknya mempunyai niatan tulus tanpa pamrih apapun untuk melestarikan keberadaan bekantan ini agar tidak punah. “Cita-cita luhur kami adalah agar seteleh perusahaan selesai beroperasi di Tapin, setelah 30 tahun nanti ada peninggalan yang bisa ditinggalkan untuk Urang Tapin,” ujar Hadi.
Dikatakan Hadi, kawasan yang akan dijadikan ekowisata ini termasuk rawa galam yang ada di kiri dan kanan di kanal Sungai puting PT AGM seluas 1.923 hektare dengan jumlah bekantan sebanyak 238 ekor.
“Rawa galam ini merupakan rawa yang langka, dan kami sangat mendukung upaya dari Pemkab Tapin untuk melestarikan rawa ini. Sekaligus untuk memasukkan kawasan ini menjadi status khusus,” ujar Hadi.
Dikatakan Hadi, Pemkab melindungi bekantan, artinya juga melindungi ekosistem  yang ada untuk kepentingan semua pihak yang berkelanjutan bagi daerah. ia berharap agar habitat rawa galam bersama bekantan yang hidup di dalamnya ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. “Tinggal sekarang bagaimana caranya kita menemukan model yang pas untuk mengembangkan kawasan ini. Kalau ini berhasil, ini bisa bisa menjadi model yang pertama yang ada di Indonesia,” ujar Hadi.
Hadi juga mengaku sangat prihatin kalau pada musim kemarau hutam galam terbakar. “Terbakarnya hutan galam ini menyebabkan bekantan stres. Apalagi kalau seorang betina hanya melahirkan seekor anak bekantan saja. Takutnya bekantan ini terancam punah lama-kelamaan. Alangkah berdosanya kita kalau membiarkan hal itu terjadi,” ujar Hadi.
Hadi juga membeberkan bakal menyulap kawasan hutan galam dengan pola mina padi, dimana hutan disulap menjadi kawasan yang produktif, ada kolam ikan papuyu, haruan, ada tanaman padi.
“Rencananya kami akan menjadikan kawasan ekowisata ini seluas 90 hektare. Di kawasan Sungai Puting ini lahannya bagus dan bekantannya juga bagus. Saya minta bantuan dan dukungan pemda dan SKPD terkait untuk sumbang saran, pemikiran yang bagus  pantesnya itu bagaimana caranya kita  membangun ekowisata ini,” ujar Hadi.
Menurut Kepala Bappeda Tapin Ir Yunus Azis MAP, perlu komitmen semua yang terlihat untuk mewujudkan hal itu. “Dan kami berkomitmen memasukkan kawasan tersebut  dalam tata ruang sebagai cagar alam atau kawasan lindung esensial, yang akan kita lindungi, jaga dan lestarikan,” ujar Yunus. (Metro7/Fit)