TANJUNG, metro7.co.id – Dia Siti Rahmah, lahir di Sungai Kiwa, 5 Maret 1985 menikah dengan seorang lelaki bernama Wandi kemudian hijrah dan bermukim dari Kandangan mengikuti suami di Barabai dan terakhir menetap di Kabupaten Tabalong. Pada tanggal 12 September lalu Wandi suaminya meninggal dunia setelah sebelumnya mengalami sakit berkepanjangan dan memburuk kondisinya dalam waktu 2 bulan terakhir.

Saat ini Siti Rahmah hanya tinggal berdua dengan anaknya yang bernama Rinawati di Desa Kambitin RT. 05 Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.

Menetap ditanah rantau selama hampir 5 tahun, ditinggalkan suami dengan tanggungan anak tanpa peninggalan harta. Tak pernah terbayangkan bagaimana dia harus melanjutkan hidup tanpa suami, sedangkan selama ini hanya mengandalkan dari penghasilan menyadap karet dengan sistem hasil bagi sama.

Tinggal didalam hutan yang dikelilingi rawa-rawa di sebuah pondok milik juragannya, tak lantas menjadikan nyalinya ciut atau bahkan menyerah untuk kembali pulang ke tanah kelahirannya. Siti rahmah mencoba tetap bertahan dipondok tersebut meskipun tanpa suami, menghabiskan malam hanya dengan penerangan lampu pijar tanpa listrik.

Dia dan putrinya menjadi sorotan setelah kisahnya yang dibuat dalam sebuah video dan diunggah oleh Sahabat Syurga Community menjelajah dunia sosial media pada tanggal 8 Agustus 2020 lalu.

Kisah yang mampu mengetuk nurani banyak orang sehingga berbagai komunitas dan relawan memberikan perhatian khusus baik yang mengusung nama organisasi maupun perorangan.

Mulai dari bantuan berupa sembako, peralatan sekolah untuk putrinya Rinawati yang saat ini masih duduk di bangku kelas 1 SDN 2 Jangkung, uang tunai, pendampingan pengobatan suami sebelum meninggal baik ketika di rawat di rumah maupun ketika di rawat di RS.

Hingga pembebasan sebidang tanah didekat jalan utama dan pembuatan sebuah rumah layak huni dengan dilengkapi KWH listrik, pompa air, serta beberapa perabot rumah.

Tak kalah penting aksi berbagai relawan yang tanpa dipaksa membantu pembangunan rumah tinggal Siti Rahmah bersama putrinya.

Proses pembangunan rumah dimulai pada hari Minggu, 20 September 2020 yang dikerjakan secara massal dengan tenaga suka rela berjumlah kurang lebih 50 orang baik laki-laki maupun perempuan yang kemudian proses penyelesaiannya dilakukan oleh tenaga khusus selama 4 hari kedepan, sehingga terhitung kurang dari satu minggu rumah tinggal Siti Rahmah dan putrinya seratus persen rampung.

Donasi sebesar Rp. 26.282.000,- dihimpun dari para donator oleh Sahabat Syurga Community diserahkan pada Siti Rahmah dalam bentuk rumah tinggal, KWH Listrik, pompa air dan uang tunai sebesar Rp. 3.120.000,- sedangkan untuk sebidang tanah berukuran 8×10 meter persegi dan pengadaan toilet serta dapur diberikan oleh Komunitas Sayangi Sesama dan tim.

Adapun support konsumsi sejak awal lebih banyak diambil bagiannya oleh Si Jum Tabalong dan Samjo. Dibalik itu juga peran Komunitas Berbagi Ceria, Relawan Rentan Tua, Pramuka Peduli Muara Harus, Komunitas Giat Sedekah Korwil jaro, Relawan Kada Baunduran (RKB) Tabalong, Forum Aliansi Mahasiswa Tabalong (FAMT), Amang Sinta dan tim serta beberapa tenaga relawan tanpa organisasi juga menjadi pondasi berdirinya rumah Siti Rahmah, mereka tak hanya mengambil bagian pada jasa saja namun juga memberikan donasi materi.

Disebalik itu semua hal yang menjadi sangat penting untuk kemudian ditulis dan diceritakan adalah apa yang menjadi sumber penarik banyak perhatian dari semua kalangan. Satu hal yang sejak awal diyakini adalah dibalik kesederhanaan dan kepolosan Siti Rahmah tentu ada satu hal yang sangat istimewa sehingga Allah meridhoinya untuk menjadi salah satu hamba yang menerima keajaiban.

Dari hasil observasi salah satu tim Sahabat Syurga Community melalui obrolan sederhana ;

“Boleh saya tanya? Tapi jawab jujur ya. Amalan apa yang dilakukan sehingga Allah menggerakkan semesta ini untuk datang dan berhimpun disini, padahal diluar sana juga masih banyak Siti Rahmah-Siti Rahmah lain dengan kondisi yang sama?,” tanya salah satu tim dari Sahabat Syurga Community.

“Sabar dan selama ini saya tidak pernah mengeluh. Saya juga meyakini bahwa tidak mungkin Allah mengabaikan hambaNya yang tak berdaya,” jawab Siti Rahmah.

Sebuah jawaban sederhana yang mampu menggetarkan hati dan menjadi pengingat agar selalu bersyukur dan sabar serta tidak mengeluhkan apapun takdir yang telah Allah pilihkan. Meskipun tinggal pada lebat dan rimbunnya hutan Allah dengan caraNYA menunjukkan kasih sayang pada hamba yang dipilih dengan cara-cara yang terkadang sulit dinalar menggunakan logika. *