SEKADAU, metro.7.co.id – Waktu telah menunjukkan pukul empat sore. Langit mulai mendung, awan kelabu berarak mengiring. Edi menengadah ke angkasa. Raut cemas terbersit di wajahnya.

“Sepertinya sudah mau hujan, waduh, jualan saya tidak habis lagi,” celetuk pria penjual es dawet di Jalan kapuas Sekadau, Kecamatan Sekadau hilir, Minggu (22/11)

Ayah satu anak yang tinggal bersama istri dan seorang cucunya itu mengeluhkan musim penghujan tak begitu ramah terhadap pedagang es seperti dirinya. Betapa tidak, tak banyak orang yang akan membeli es jika hari hujan dan cuaca dingin.

Lelaki yang biasa disapa Pak Edi itu menuturkan, pendapatannya di musim hujan turun drastis. Jika pada musim panas ia bisa menjual 50 sampai 70 gelas, di musim hujan, es hanya terjual sekitar 30 hingga 15 gelas. Harga per gelas es dawet Pak Edi Rp. 6000

Padahal, sejak pukul enam pagi, Pak Edi telah sibuk di dapur rumahnya Bersama istrinya, ia mempersiapkan dagangan yang akan ia jajakan di sekitar Jalan Kapuas Sekadau. “Pas musim hujan, pagi-pagi saya lihat langit dulu. Kalau kelihatan mendung bikin esnya sedikit, kalau cerah buat banyak, dikira-kira saja,” tuturnya.

Dengan demikian, Pak Edi tak akan terlalu rugi. Menurut dia, pergantian musim memang hal yang lumrah.

Sejak 2 tahun, pria asal Cianjur itu telah berdagang es dawet di Sekadau . Ia menyiapkan tabungan di musim panas agar bisa menghidupi keluarganya selama musim penghujan. *