Tamiang Layang — Peningkatan jalan di Desa Harara Kecamatan Dusun Timur semula diharapkan dapat memperlancar aktivitas warga. Namun sebaliknya justeru membuat sengsara.
Setidaknya begitulah yang dirasakan warga setelah dilakukan perbaikan jalan di wilayahnya, sebulan terakhir. Warga merasakan dampak negatif perbaikan jalan di desanya. Jalan tak bisa dilewati karena hanya ditumpuk tanah putih tanpa diratakan oleh kontraktornya. Kondisi ini akan lebih parah saat turun hujan, jalan itu persis seperti bubur siap saji.
Untuk keluar dan masuk ke desa, warga terpaksa menggunakan jalan alternatif di samping kiri dan kanan tumpukan tanah putih. Luasnya pun hanya sejengkal atau hanya cukup untuk kendaraan roda dua.
“Semula kami berharap jalan akan lebih baik. Tapi sebaliknya, warga tak bisa melintasinya. Lihat saja, tanah putih itu hanya ditumpuk tanpa diratakan dengan stom. Jangankan mobil, sepeda motor saja kini tak bisa melintasi jalan itu,” kata Kepala Desa Harara, Riwayani.
Dijelaskannya, dana proyek itu bersumber dari APBD Kabupaten Bartim tahun 2013. Nilainya pun menggiurkan, yakni mencapai seratus juta rupiah. “Dananya besar, tapi pekerjaannya jelek seperti ini,” terang Kepala Desa.
Sejak dimulainya pekerjaan jalan tersebut, kata Kepala Desa, dirinya tak pernah dilapori oleh pemborongnya. Padahal jika ada komunikasi, tentu pejabat desa dan warganya akan sama-sama memberikan masukan sehingga akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik dan dapat digunakan oleh warga.
Menurut Riwayani, mayoritas warganya berprofesi sebagai petani karet. Kondisi jalan yang ditumpuk tanah putih membuat aktivitas mereka terganggu, terutama untuk menjual hasil sadapan. Pembeli yang biasanya menggunakan angkutan masuk ke Desa Harara, tak bisa lagi.
Demikian pula pedagang kelontongan keliling yang biasanya menjajakan bahan kebutuhan pokok sehari-hari menggunakan mobil, sekarang ini hanya bisa parkir di depan jalan. Terpaksa, warga harus lelah mendatangi pedagang ke depan jalan menggunakan sepeda motor.
“Selain tenaga, tentu biaya karena urusannya dengan bensin sepeda motor. Dulu, pedagang yang sampai di depan rumah warga untuk menjual kebutuhan pokok itu,” imbuhnya.
Kekesalan warga ini pun semakin hari makin meningkat. Kini, sepanjang jalan dengan tanah putih menggembur itu ditanami sejumlah tanaman, seperti pohon kepala, nenas, dan lain sebagainya. Beberapa pohon justru hidup dan berkembang.
Pernah Kepala Desa diundang oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk membicarakan persoalan jalan ini. Namun bagi Riwayani, bukannya pertemuan di Kantor PU yang dikehendaki. Sebaliknya, jajaran instansi yang berwenang dengan infrastruktur itulah yang datang ke desanya untuk melihat langsung kondisi jalan. “Kami mengharapkan Dinas PU tidak hanya menerima laporan, tapi alangkah baiknya langsung melihat sehingga fakta bisa didapat,” tutur Kepala Desa.
Riwayani berencana akan menyampaikan persoalan ini ke Bupati Bartim. Dengan demikian, dia mengharapkan orang nomor satu di lingkungan Pemkab Bartim ini dapat bertindak. Pasalnya menurut Riwayani, persoalan ini emergency untuk ditangani. (Metro7/Ali/Fauzi)