CILACAP, metro7.co.id Hasil rapat antara Bupati Cilacap dengan Dandim 0703 Cilacap terkait tanggul jebol di Pantai Lengkong, Cilacap, Jawa Tengah, ditindaklanjuti dengan mengecek langsung ke lokasi oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak, TNI, dan dinas terkait, Kamis (14/10/2021).

 

Hadir dari BBWS Serayu-Opak, PPK Pantai Sungai 1 Jimmy Charles RM, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Wijonardi, Camat Cilacap Utara Sunarti, Dansubzibang Cilacap Letda CZI Sumijo, Lurah Mertasinga Andri Wahyu Dewanto, Jatmiko, Moch Munif, dan Sukirman dari Bappelitbangda Cilacap, Sutoro dari PSDA Cilacap, Basuki dari BPBD, Babinsa Mertasinga Koramil 18 Cilacap Utara Serma Ngalimin, dan Hj Sukainah, pengusaha setempat.

 

Tiba di lokasi, rombongan meninjau tanggul yang jebol guna memberikan gambaran bagaimana langkah ke depan dalam upaya mengatasi abrasi air laut sehingga tidak berdampak bagi kelangsungan hidup tanaman di sekitar pantai dan warga sekitar.

 

Selanjutnya rombongan menuju kediaman Sukainah, di Jalan Singalaut, Kelurahan Mertasinga. Kemudian melaksanakan rapat koordinasi terkait penanganan tanggul jebol.

 

Hasilnya, BBWS Serayu-Opak siap menyediakan alat berat, operator, material, dan BBM. Untuk tenaga, bisa dari kecamatan atau kelurahan setempat. 

 

Sementara dalam pelaksanaan pekerjaan masih menunggu desain gambar konstruksi tanggul dari Dinas PSDA Cilacap, dan terkait anggaran belum bisa dikalkulasi.

 

Ditanya awak media, PPK Pantai Sungai 1 BBWS Serayu-Opak Jimmy Charles RM menjelaskan, abrasi Pantai Lengkong secara teknis diakibatkan oleh cuaca ekstrem. 

 

Menurut Jimmy, pihaknya menindaklanjuti laporan dari Dinas PSDA Cilacap terkait tanggul jebol, dan menyebabkan banjir rob, sehingga air laut masuk ke daratan.

 

Untuk mencegah risiko menjadi lebih besar, imbuhnya, akan dilakukan penanganan darurat dan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemkab Cilacap, khususnya BPBD sebagai mediasi daruratnya.

 

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan penanganan darurat terkait dengan tanggul-tanggul yang jebol,” ungkapnya. 

 

Ia menimpali, untuk yang permanen tetap akan dilanjutkan persiapannya. “Mungkin di tahun anggaran berikutnya bisa dikerjakan,” tegasnya. 

 

Jimmy kembali menegaskan, tanggul darurat biasanya dengan jumbo bag atau sum bag atau dengan bambu minimal untuk menahan sementara, walaupun itu tidak bisa dianggap sukses karena yang namanya penanganan darurat minimal risikonya terkurangi.

 

Disinggung abrasi lantaran adanya breakwater PLTU, Jimmy menandaskan kalau dari segi teknis itu dipengaruhi cuaca. 

 

“Sekarang kan tidak ada kemarau, adanya kemarau basah. Dan itu mempengaruhi cuaca, tinggi gelombang, dan tinggi maksimum gelombang. Apalagi pantai yang tidak ada teriernya, kalau yang di sisi kota ada teriernya Nusakambangan, namun di pantai sini tidak ada teriernya,” jelas Jimmy. 

 

Menurutnya, bahwa ini dikarenakan dunia sudah semakin tua, jadi musimnya juga semakin bergeser, dan gelombang laut juga memengaruhi abrasi tersebut. 

 

“Saya pikir teknisnya akibat gelombang yang lebih besar daripada biasanya. Secara teknis bangunan struktur tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap besaran gelombang. Besaran gelombang itu pengaruhnya ke iklim atau alam,” tegas Jimmy. 

 

Ia menyatakan, kalau bangunan struktur misalnya jetty, itu pengamanan garis pantai, dan itu harus dilakukan secara terus menerus, tidak bisa dilakukan spot-spot. Tapi kalau apakah itu yang menyebabkan kerusakan pantai, saya pikir secara teknis tidak, dan lebih ke alam. 

 

Soal anggaran untuk pengamanan permanen, Jimmy mengatakan, pengamanan permanen sudah didesain, tapi untuk penganggarannya kita belum bisa pastikan. 

 

“Sekarang juga lagi musim pandemi, semua fokus anggaran lebih ke kesehatan dan vaksin. Jadi kita sama-sama doakan saja semoga bisa terealisasi anggarannya,” harapnya. 

 

Jimmy melanjutkan, pengamanan permanen masih dalam proses. Pekerjaannya macam-macam, bisa tanggul laut atau kroin, tergantung kebutuhan dan desainnya seperti apa waktu menganalisa. 

 

“Kalau gambaran itu tidak bisa langsung, tapi tergantung karakteristik spot-spot itu beda-beda nantinya. Jadi penanganan struktur itu macam-macam, seperti apa yang tadi saya sampaikan,” tuturnya. ***